Antara Nabi Dan Rosul



Syaikh Umar Sulaiman Abdulloh Al Asyqor tidak sependapat dengan pemahaman bahwa tidak ada perbedaan antara nabi dan rosul. Kenapa ? Karena riwayat yang muktabar mengatakan bahwa jumlah keseluruhan nabi adalah 124.000, sementara rosul 313. Hal ini diperkuat dengan firman Alloh :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آَيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana [alhajj : 52]

Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi mengomentari perbedaan nabi dan rosul pada ayat di atas dengan mengatakan : rosul memiliki risalah, sementara nabi mengikuti risalah dari nabi sebelumnya.

Sementara penulis fathul qodir berpendapat bahwa rosul mendapat wahyu melalui jibril dengan melihat dan berbicara secara langsung, adapun nabi pengangkatannya melalui ilham atau mimpi.

Syaikh Umar Sulaiman Abdulloh Al Asyqor juga tidak sependapat dengan pemahaman bahwa rosul mendapat wahyu dan diperintah untuk menyampaikannya, sementara nabi tidak ada perintah untuk menyampaikan wahyu yang ia dapatkan. Beliau mengatakan bahwa bila nabi tidak menyampaikan wahyu yang ia dapatkan berarti telah melakukan kitmanul ilmi (menyembunyikan ilmu). Beliau lebih condong dengan definisi, rosul : siapa saja yang diberi wahyu dengan syariat baru, adapun nabi diutus untuk melaksanakan syariat nabi sebelumnya.

Yang menarik dari pembahasan ini adalah rosululloh shollallohu alaihi wasallam dalam sebuah doa yang beliau ajarkan, menggabungkan antara nubuwwah dan risalah :

عَنْ الْبَرَاء بْن عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ وَقُلْ اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ فَإِنْ مُتَّ مُتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُولُ فَقُلْتُ أَسْتَذْكِرُهُنَّ وَبِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ قَالَ لَا وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

Dari Al Barra` bin 'Azib radliallahu 'anhuma dia berkata ; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku : Apabila kamu hendak tidur, maka berwudlulah sebagaimana kamu berwudlu untuk shalat. Setelah itu berbaringlah dengan miring ke kanan, dan ucapkanlah : ALLAHUMMA ASLAMTU NAFSI ILAIKA WAFAWADLTU AMRII ILAIKA WA ALJA`TU ZHAHRI ILAIKA RAHBATAN WA RAGHBATAN ILAIKA LAA MALJA`A WALAA MANJAA MINKA ILLA ILAIKA AMANTU BIKITAABIKA ALLADZII ANZALTA WA BINABIYYIKA ALLADZII ARSALTA (Ya AIlah ya Tuhanku, aku berserah diri kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dalam keadaan harap dan cemas, karena tidak ada tempat berlindung dan tempat yang aman dari adzab-Mu kecuali dengan berlindung kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan aku beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus). Apabila kamu meninggal (pada malam itu) maka kamu mati dalam keadaan fitrah (suci). Dan jadikan bacaan tersebut sebagai penutup ucapanmu (menjelang tidur). Maka aku berkata ; Apakah saya menyebutkan ; Saya beriman kepada Rasul-Mu yang telah Engkau utus ? Beliau menjawab : Tidak, namun saya beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus [muttafaq alaih]

Kalimat wannabiyyika alladzi arsalta (nabi yang engkau utus). Kenapa beliau tidak mengatakan warosuluka alladzi arsalta (rosul yang engkau utus). Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin menerangkan bahwa penyebutan rosul memungkinkan rosul dari kalangan manusia yaitu nabi atau rosul dari kalangan malaikat yaitu jibril alaihissalam sebagaimana Alloh menyebut jibril sebagai rosul dalam firmannya :

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ



19. Sesungguhnya Al Qur'aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) rosul yang mulia (Jibril),

20. Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy [attakwir : 19-20]

Maroji’ :

Arrusul warrisalat, Syaikh Umar Sulaiman Abdulloh Al Asyqor hal 12-13

Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi (maktabah syamilah) 3/13

Fathul qodir (maktabah syamilah) 5/128

Syarh riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/269