Sahur bukan merupakan rukun shoum. Karena rosululloh shollallohu alaihi wasallampun pernah menunaikan shoum tanpa sahur terlebih dahulu, sebagaimana sebuah riwayat mengatakan :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ. فَقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ ? قُلْنَا: لَا. قَالَ: فَإِنِّي إِذًا صَائِمٌ ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ, فَقُلْنَا: أُهْدِيَ لَنَا حَيْسٌ, فَقَالَ أَرِينِيهِ, فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا فَأَكَلَ
Dari Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata : Suatu hari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam masuk ke rumahku, lalu beliau bertanya : Apakah ada sesuatu padamu ? Aku menjawab : Tidak ada. Beliau bersabda : Kalau begitu aku shaum. Pada hari lain beliau mendatangi kami dan kami katakan : Kami diberi hadiah makanan hais (terbuat dari kurma, samin, dan susu kering). Beliau bersabda : Tunjukkan padaku, sungguh tadi pagi aku shaum. Lalu beliau makan. [HR Muslim]
Imam Shon’ani termasuk di antara ulama yang berpendapat akan sunnahnya sahur. Kendati demikian, meninggalkannya berarti kerugian yang banyak. Di antaranya adalah kehilangan sholawat dari Alloh dan malaikat :
إنّ الله وَمَلائكته يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْنَ
Sesungguhnya Alloh dan malaikat bersholawat kepada orang-orang yang menunaikan sahur
kerugian lainnya adalah hilangnya keberkahan. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي اَلسَّحُورِ بَرَكَةً
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam makan sahur itu ada berkahnya [Muttafaq Alaihi]
imam Ibnu Hajar Al Atsqolani menyebut bahwa keberkahan sahur meliputi keuntungan duniawi dan ukhrowi, yaitu : ittiba’ussunnah, sikap berbeda dengan ahlu kitab (yang suka mengakhirkan sahur), sikap taqwa dalam ibadah, menambah kekuatan badan, menjaga emosi yang diakibatkan oleh rasa lapar, lapangan sedekah dengan cara mengajak orang lain untuk makan bersamanya, sarana untuk berdzikir dan berdoa pada waktu yang mustajab dan mendapatkan niat shiyam bagi yang terlalai darinya.
Sementara Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam menambah keterangan dengan mengatakan bahwa dengan sahur orang akan tetap menunaikan sholat shubuh berjamaah.
maroji’ :
Subulussalam, Imam Shon’ani 2/154
fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 4/167-168
taudlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 2/542