Antara Awwalul Bait (Masjidil Harom) Dan Masjidil Aqsho

Albait Dalam Alquran (5)
Umat islam berbangga dengan masjidil harom. Tak ketinggalan umat Yahudi membanggakan baitul Maqdis. Mereka menilai baitul maqdis lebih mulia dan lebih pantas dijadikan sebagai qiblat dari masjidil harom. Anak cucu Yaqub itu berargumen bahwa baitul maqdis lebih awal berdiri, ia juga tempat hijrah dan kiblat para nabi. Oleh karena itu berpindahnya kiblat dari baitul maqdis ke masjidil harom adalah sebuah kebatilan.
Keyakinan ini dibantah oleh Alloh. Tentang lebih awalnya baitul maqdis berdiri, dikomentari Alloh dengan firmanNya :
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ
Sesungguhnya rumah yang pertama dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia  [ali imron : 96]
Selanjutnya rosululloh shollallohu alaihi wasallam memperkuat ayat di atas tatkala seseorang bertanya kepada beliau tentang masjid mana yang pertama berdiri, beliau menjawab :
الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ ثُمَّ بَيْتُ الْمَقْدِسِ فَقِيْلَ كَمْ بَيْنَهُمَا ؟ فَقَالَ أرْبَعُوْنَ سَنَةً
Masjidil harom dan selanjutnya baitul maqdis, lalu orang itu bertanya lagi, berapa lama jarak antara keduanya ? Beliau bersabda : 40 tahun  [Bukhori Muslim]
Ada sebagian meragukan jarak “ 40 tahun ” mengingat baitul maqdis dibangun oleh Sulaiman, sementara jarak antara Sulaiman dan Ibrohim lebih dari seribu tahun. Para ulama menjawab bahwa pendiri baitul maqdis adalah Yaqub yang tidak lain adalah cucu nabi Ibrohim sehingga masuk di akal keterangan “ 40 tahun “. Adapun Sulaiman adalah pembaharu bangunan bukan sebagai pendiri.
Tanpa mengecilkan kedudukan baitul maqdis, tidak bisa dipungkiri masjidil harom tetap lebih mulia. Hal ini berdasar sabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam :
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِى هذاَ أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ مِنْ الْمَسَاجِدِ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ
Shalat di Masjidku ini adalah lebih utama daripada seribu shalat di masjid lain selain Masjidil Haram (dengan kelipatan seratus ribu rokaat) [HR Muslim]
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَمَّا فَرَغَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ مِنْ بِنَاءِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللَّهَ ثَلَاثًا حُكْمًا يُصَادِفُ حُكْمَهُ وَمُلْكًا لَا يَنْبَغِي لَأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ وَأَلَّا يَأْتِيَ هَذَا الْمَسْجِدَ أَحَدٌ لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ فِيهِ إِلَّا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا اثْنَتَانِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا وَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ قَدْ أُعْطِيَ الثَّالِثَةَ
Dari Abdullah bin Amru dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Ketika Sulaiman bin Dawud selesai membangun Baitul Maqdis ia meminta Allah tiga hal; hukum yang sesuai dengan hukum-Nya, kerajaan yang tidak dimiliki oleh orang-orang setelahnya, dan tidak ada seorang pun yang mendatangi masjid ini (masjidil aqsho) kecuali untuk shalat, melainkan akan keluar semua dosanya sebagaimana bayi yang dilahirkan ibunya. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Dua perkara pertama telah dikabulkan, dan aku berharap yang ketiga juga telah diberikan.  [HR Ibnu Majah]
Keistimewaan lainnya yang tidak bisa dibantah adalah adanya sumur zam-zam, ka’bah dan ritual haji yang menyebabkan jumlah pengunjung yang selalu melebihi daya tampung masjid.
Maroji’ :
Albuyut Fil Quranil Kariim, Sa’dun Jum’ah Hamadi Alhalbusi hal 40 dan 45