Albait Dalam Alquran (22)
عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ مِنْ وَجَعٍ اشْتَدَّ بِي فَقُلْتُ إِنِّي قَدْ بَلَغَ بِي مِنْ الْوَجَعِ وَأَنَا ذُو مَالٍ وَلَا يَرِثُنِي إِلَّا ابْنَةٌ أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي قَالَ لَا فَقُلْتُ بِالشَّطْرِ فَقَالَ لَا ثُمَّ قَالَ الثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَبِيرٌ أَوْ كَثِيرٌ إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ وَإِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أُخَلَّفُ بَعْدَ أَصْحَابِي قَالَ إِنَّكَ لَنْ تُخَلَّفَ فَتَعْمَلَ عَمَلًا صَالِحًا إِلَّا ازْدَدْتَ بِهِ دَرَجَةً وَرِفْعَةً ثُمَّ لَعَلَّكَ أَنْ تُخَلَّفَ حَتَّى يَنْتَفِعَ بِكَ أَقْوَامٌ وَيُضَرَّ بِكَ آخَرُونَ اللَّهُمَّ أَمْضِ لِأَصْحَابِي هِجْرَتَهُمْ وَلَا تَرُدَّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ لَكِنْ الْبَائِسُ سَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ يَرْثِي لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ مَاتَ بِمَكَّةَ
Dari 'Amir bin Sa'ad bin Abu Waqash dari bapaknya radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam pernah mengunjungiku pada hari Haji Wada' (perpisahan) saat sakitku sudah sangat parah, lalu aku berkata : Sakitku sudah sangat parah (menjelang kematianku) dan aku banyak memiliki harta sedangkan tidak ada yang akan mewarisinya kecuali anak perempuanku. Bolehkah aku menyedekahkan sepertiga dari hartaku ini ?. Beliau menjawab: Tidak boleh. Aku katakan lagi : Bagaimana kalau setengahnya ?. Beliau menjawab : Tidak boleh. Kemudian Beliau melanjutkan : Sepertiga dan sepertiga itu sudah besar atau banyak. Sesungguhnya kamu bila meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan (kaya) itu lebih baik dari pada kamu meninggalkan mereka serba kekurangan sehingga nantinya mereka meminta-minta kepada manusia. Dan kamu tidaklah menginfaqkan suatu nafaqah yang hanya kamu hanya niatkan mencari ridha Allah kecuali kamu pasti diberi balasan pahala atasnya bahkan sekalipun nafkah yang kamu berikan untuk mulut isterimu. Lalu aku bertanya : Wahai Rasulullah, apakah aku diberi umur panjang setelah sahabat-sahabatku ?. Beliau berkata, : Tidaklah sekali-kali engkau diberi umur panjang lalu kamu beramal shalih melainkan akan bertambah derajat dan kemuliaanmu. Dan semoga kamu diberi umur panjang sehingga orang-orang dapat mengambil manfaat dari dirimu dan juga mungkin dapat mendatangkan madharat bagi kaum yang lain. Ya Allah sempurnakanlah pahala hijrah sahabat-sahabatku dan janganlah Engkau kembalikan mereka ke belakang. Namun Sa'ad bin Khaulah membuat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersedih karena dia akhirnya meningal dunia di Makkah [HR Bukhori Muslim]
Hadits di atas mengisahkan sakitnya Saad bin Abi Waqosh. Dirinya khawatir bila meninggal di Mekah karena para muhajirin tidak diperkenankan kembali tinggal di kota Mekah setelah mereka berhasil menaklukannya. Tidak disangka ternyata Saad bin Abi Waqosh akhirnya sehat dan berumur panjang bahkan mampu menaklukkan negeri-negeri kafir, sementara Saad bin Khoulah yang sehat justru akhirnya wafat di kota Mekah dan dimakamkan di sana. Maka Imam Albukhori menempatkan hadits di atas pada bab Rotsaaun nabiyyi shollallohu alaihi wasallam Saad bin Khoulah (kesedihan nabi shollallohu alaihi wasallam pada Saad bin Khoulah)
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : tidak diperbolehkan seorangpun dari sahabat untuk kembali tinggal di kota Mekah setelah mereka sebelumnya keluar untuk berhijrah karena Alloh dan rosulNya. Karena bila keluar untuk berhijrah menuju Alloh dan rosulNya maka ia ibarat harta yang telah disedekahkan sehingga tidak mungkin untuk diambil kembali. Demikianlah segala sesuatu yang ditinggalkan oleh manusia karena Alloh maka tidak boleh kembali kepadanya
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak memperkenankan orang-orang muhajirin tinggal di kota Mekah kecuali tiga hari sesudah penyembelihan binatang korban pada hari raya idul adha. Beliau juga melarang mereka kembali ke rumah-rumah mereka dan memberi pengarahan supaya tak seorangpun mengambil rumahnya kembali. Ketika para sahabat bertanya kepada beliau : apakah kita akan singgah di rumahmu, ya rosulalloh ? yaitu pada hari mereka msuk kota Mekah. Beliau menjawab : apakah Aqil bin Abu Tholib meninggalkan rumah untuk kita ? (adalah Aqil telah menjual rumah rosululloh shollallohu alaihi wasallam)
Hadits inilah yang menjadi pegangan para pengikut madzhab Hanafi dalam fiqih mereka, bahwa hijroh dari suatu negeri itu menghapuskan kepemilikan harta. Dan kedudukan orang-orang kafir terhadap suatu negeri itu menjadi milik mereka di bawah kekuasannya. Jadi jika mujahidin kembali dan dapat membebaskan negeri mereka maka tanah-tanah tersebut dibagikan kepada para mujahidin dan tidak kembali kepada pemilik asalnya.
Maroji’ :
Syarh Riyadlush Sholihin. Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/24
Hijroh Dan I’dad, Syaikh Abdulloh Azzam hal 22