Rumah Muslihat

Albait Dalam Alquran (36)
Banyak cara yang dilakukan oleh munafiq untuk menghindarkan diri dari perintah jihad. Salah satunya adalah menggunakan rumah sebagai alasan. Seolah bila mereka keluar berperang, rumah mereka terancam, kaum wanita dan anak-anak tidak ada yang menjamin keselamatannya sehingga tidak perlu ada mobilisasi keseluruhan manusia untuk keluar menghadapi musuh. Kebohongan mereka diungkap oleh Alloh dalam alquran :
وَإِذْ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ يَا أَهْلَ يَثْرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُرِيدُونَ إِلَّا فِرَارً
Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mreka berkata : Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, Maka Kembalilah kamu. dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata : Sesungguhnya rumah-rumah Kami terbuka (tidak ada penjaga). dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak lari  [al ahzab : 13]
Ayat ini turun untuk mengomentari sikap munafiq dari Bani Haritsah dan Bani Salimah yang meminta izin kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk diperkenankan tidak turut dalam perang khondaq dengan alasan rumah mereka kosong tanpa penjaga.
Yang menarik dari ayat ini adalah, ungkapan mereka saat mengajak para sahabat untuk mengikuti mereka (tidak ikut perang) dengan menggunakan panggilan “ Yaa ahla Yatsriiba (wahai penduduk Yatsrib) “. Mereka tidak menggunakan panggilan “ Wahai penduduk Madinah “ sebuah istilah syar’i semenjak kedatangan rosululloh shollallohu alaihi wasallam di kota itu. Hal itu menunjukkan bahwa mereka :
·         Ingin menyelisihi rosululloh shollallohu alaihi wasallam karena nama Madinah adalah istilah yang dikenalkan oleh beliau.
·         Untuk memecah belah antara muhajirin dan anshor. Seolah dengan penggunaan kata Yatsrib, kaum muhajirin bukan bagian dari penduduk Yatsrib.
·         Mengembalikan nostalgia penduduk pribumi akan masa lalu sebelum kedatangan islam, dengan begitu diharapkan islam hilang dari kota Madinah.
Dengan sikap mereka dan disusul turunnya ayat, semakin menyingkap keaslian orang munafiq. Dari situ akhirnya diketahui siapa mukmin sejati dan siapa mukmin palsu.
Albuyut Fil Quranil Kariim, Sa’dun Jum’ah Hamadi Alhalbusi hal 350