Jabatan

(yang bersifat sementara)
Dalam islam, jabatan bukan ajang rebutan, ia tidak boleh dicita-citakan karena pertanggungjawabannya di akhirat sangat berat. Beberapa kali rosululloh shollallohu alaihi wasallam menasehati para sahabat akan hal ini :
وعن أبي ذر رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يا أبا ذر إني أراك ضعيفاً، وإني أحب لك ما أحب لنفسي؛ لا تأمرن على اثنين، ولا تولين مال يتيم
Dari Abu Dzar rodliyallohu anhu bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : Wahai Abu Dzar, aku menilaimu sebagai orang lemah dan aku menyukai untukmu sebagaimana yang aku sukai pada diriku. Jangan sekali-kali bercita-cita menjadi pemimpin meski yang dipimpin hanya dua orang dan jangan sekali-kali bercita-cita mengurusi harta anak yatim  [HR Muslim]
وعن أبي سعيد عبد الرحمن بن سمرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال لي رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يا عبد الرحمن ابن سمرة لا تسأل الإمارة فإنك إن أعطيتها عن غير مسألة أعنت عليها، وإن أعطيتها عن مسألة وكلت إليها
Dari Abu Said Abdurrohman bin Samuroh rodliyallohu anhu, rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda kepadaku : Wahai Abdurrohman bin Samuroh, janganlah engkau meminta jabatan karena bila engkau mendapatkannya tanpa meminta maka engkau akan ditolong. Adapun bila jabatan itu engkau dapat lewat pengajuan diri maka engkau akan diberi beban  [muttafaq alaih]
وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قال إنكم ستحرصون على الإمارة، وستكون ندامة يوم القيامة
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu bahwasanya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya kalian akan berambisi untuk mendapat jabatan dan berakhir dengan penyesalan pada hari kiamat  [HR Bukhori]
Tak ketinggalan, Umar mengingatkan para sahabat dan kaum tabi’in :
تَفَقَّهُوْا قَبْلَ أنْ تُسَوَّدُوْا
Bertafaquhlah (perdalam ilmu din) sebelum kalian menjadi pemimpin
Ibnu Hajar Al Atsqolani menafsirkan perkataan ini dengan : Umar menginginkan agar mereka menahan diri dari keinginan untuk memangku jabatan. Karena orang yang faqih terhadap din tentu akan mengetahui apa kewajiban dan resiko jabatan sehingga berusaha untuk menjauhinya.
Dalam sejarah, sering kita dengar jabatan membuat terlena pemiliknya. Kekuasan yang dipegang Firaun membuatnya sombong hingga berani berkata “ Ana Robbukumul A’la “ (Aku robmu yang paling tinggi). Apa yang terjadi selanjutnya ? Dirinya dan bala tentaranya tewas ditelan laut merah. Berakhirlah kekuasaannya.
Selama kurun yang panjang, dua kerajaan besar memimpin dunia, Persi dan Romawi. Tidak ada manusia yang membayangkan bahwa keduanya akan tumbang kecuali rosululloh shollallohu alaihi wasallam yang memberi kabar gembira :
إن الله زوى لي الأرض، فرأيت مشارقها ومغاربها، وإن أمتي سيبلغ ملكها ما زوي لي منها، وأعطيت كنـزين  الأحمر والأبيض
Sungguh Allah telah membentangkan bumi kepadaku, sehingga aku dapat melihat belahan timur dan barat, dan sungguh kekuasaan umatku akan sampai pada belahan bumi yang telah dibentangkan kepadaku itu, dan aku diberi dua simpanan yang berharga, merah dan putih (imperium Persia dan Romawi)  [HR Muslim]
Sejarah membuktikan bahwa kehilafahan Umar dengan izin Alloh mampu menumbangkan keduanya. Bila kenyataannya demikian, seharusnya kita sadar bahwa jatuhnya kekuasaan pasti akan datang silih berganti. Bukankah penguasa negeri ini yang begitu kuat pengaruhnya, akhirnya harus menemui kenyataan bahwa apa yang mereka miliki akan berakhir ?
Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 1/209