Jauhi Sifat Jahiliyyah Di Rumah

                                                                  Albait Dalam Alquran (57) 
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah : Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintu depannya dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung  [albaqoroh : 189]
Ayat di atas memiliki banyak penafsiran, diantaranya :
Ayat ini merupakan tamtsil, bahwa setiap urusan harus diselesaikan pada tempatnya seperti bertanya tentang sesuatu kepada ulama bukan kepada orang-orang bodoh.
Maksud ayat ini adalah perintah mendatangi istri (bersetubuh) pada qubul (bagian depan) bukan pada dubur (bagian belakang)
Ada yang menafsirkan bahwa ayat ini berkenaan dengan kebiasaan masyarakat jahiliyyah dimana mereka selalu memasuki rumah dari belakang ketika mereka pulang dari haji. Mereka mengira itu bagian dari amalan sholih.
Tafsiran ketiga inilah yang benar. Ini bermakna, sepulang dari ibadah haji (yang merupakan simbol tauhid) tidak boleh dikotori dengan perbuatan khurofat yang merusak aqidah. Rumah harus bersih dari noda-noda syirik.
Betapa banyak manusia yang memasang azimat keselamatan, arah bangunan rumah yang disesuaikan dengan mitos takhayul dan lainnya. Itu tidak boleh terjadi pada diri keluarga muslim
Maroji’ :
Albuyut Fil Quranil Kariim, Sa’dun Jum’ah Hamadi Alhalbusi hal 303