Pengemis


(aljaza’ min jinsil ‘amal, bukan hukum karma)
Mengemis adalah perbuatan hina karena ia telah meninggalkan sifat iffah (menjaga kehormatan) yang dituntut oleh islam. Karena rosululloh shollallohu alaihi wasallam menanamkan kepada kita bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
Haramnya mengemis dinyatakan dalam sebuah hadits :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  مَنْ سَأَلَ اَلنَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ  
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Barangsiapa meminta-minta harta orang untuk memperkaya diri, sebenarnya ia hanyalah meminta bara api. Oleh karenanya, silahkan meminta sedikit atau banyak   [HR Muslim]
Adapun hukuman yang setimpal bagi si pelaku adalah :
عَنِ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم  مَا يَزَالُ اَلرَّجُلُ يَسْأَلُ اَلنَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ  
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Orang yang selalu meminta-minta pada orang-orang, akan datang pada hari kiamat dengan tidak ada segumpal daging pun di wajahnya  [Muttafaq Alaihi]
Hadits di atas menerangkan bahwa hukuman bagi pengemis adalah dibangkitkan oleh Alloh pada hari kiamat dalam keadaan wajahnya tidak berdaging. Oleh karena itu bila kita mendapati manusia di padang mahsyar berbadan lengkap sementara berkepala tengkorak, bisa dipastikan bahwa ia adalah berprofesi mengemis di dunia padahal ia sudah berkecukupan.
Barangkali ada yang bertanya, kenapa harus wajah  yang tidak berdaging ? Jawabannya adalah bahwa para pengemis biasa menggunakan wajah sebagai senjata saat melakukan aksinya. Ia perlihatkan wajah memelas untuk mengundang simpati.
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : aljaza’ min jinsil amal (balasan sesuai dengan amal) dimana wajahnya yang digunakan saat mengemis dan menghadapi manusia maka adzab pada hari kiamat ditimpakan pada wajah.
Alkhothobi berkata : bisa jadi hadits ini bermakna yang bersangkutan jatuh harga dirinya dan bisa juga bermakna daging yang ada pada wajah berjatuhan sebagai adzab.
Maroji’ :
Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 2/494