(Islam Mengatur Urusan Dunia)
Anjuran melakukan penghijauan sering didengungkan oleh pemerintah. Terkadang kita dengar sloglan “ Seribu Pohon Mangga “, artinya ada program penanaman seribu pohon mangga. Itu adalah kegiatan baik yang selaras dengan ajaran islam. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
عن جابر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ما من مسلم يغرس غرساً إلا كان ما أكل منه له صدقة، وما سرق منه له صدقة، ولا يرزؤه أحد إلا كان له صدقة وفي رواية له لا يغرس مسلم غرساً ولا يزرع زرعاً فيأكل منه إنسان ولا دابة ولا شيء إلا كانت له صدقة
Dari Jabir rodliyallohu anhu, bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : Tidaklah seorang muslim yang menanam pohon kecuali apa yang ia makan bernilai shodaqoh, apa yang dicuri darinya bernilai shodaqoh bagi penanamnya dan apa yang ia dermakan, juga bernilai shodaqoh. Pada riwayat lain disebutkan : Tidaklah seorang muslim yang menanam tanaman lalu tidaklah dimakan oleh manusia, binatang dan lainnya kecuali bernilai shodaqoh bagi penanamnya [HR Muslim]
Hadits ini berisi anjuran untuk menanam pohon yang menghasilkan buah karena memiliki fungsi ganda, yaitu penghijauan dan sumber makanan. Ada empat kelompok yang mendapat manfaat dari pohon ini :
1. Penanam
Wajar bila ia menikmati hasil jerih payahnya.
2. Handai taulan dan kerabat
Biasanya saat panen tiba, pemilik pohon akan membagi-bagikannya kepada tetangga dan kerabat.
3. Pencuri
Anak-anak kecil yang suka usil dan tidak tahan dengan ranumnya buah menyebabkan mereka tidak tahan untuk tidak mengambilnya tanpa seizin pemilik, demikian juga manusia yang lewat, tanpa permisi mengambilnya diam-diam. Bagi pencuri, tentu ini berdosa sedang bagi pemilik bernilai pahala sesuai dengan bunyi hadits di atas.
4. Binatang
Lebah akan mendapat manfaat dari bunganya, burung dan kelelawar akan memakan buahnya.
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin menerangkan bahwa manfaat penanaman pohon ada dua, yaitu maslahat fiddiin (kebaikan bagi din) karena yang bersangkutan akan memperoleh pahala dan maslahat fiddun-ya (kebaikan dunia) karena hasilnya bisa dirasakan oleh makhluq untuk dimakan.
Maroji’ :
Syarh Riyadlush sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/377