Pancasila Selaras Dengan Aqidah Ahlus Sunnah Waljama’ah ?

(kontrofersi 31)
Imam Ahmad Bin Hambal mendapat julukan Imam Ahlussunnah. Ini beliau peroleh karena keteguhannya dalam memegang prinsip bahwa alqur’an bukan makhluq melainkan kalamulloh. Kelihatannya masalah ini sepele, tapi bila kita cermati maka kita akan mengetahui betapa bahayanya bila kita meyakini bahwa alqur’an adalah makhluq.
Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia adalah makhluq paling mulia. Bila alquran kita pahami sebagai makhluq juga, berarti kedudukan manusia lebih baik dari alquran. Itu menyeret kepada akibat yang sangat dahsyat. Manusia akhirnya merasa tidak perlu diatur oleh alquran. Justru alquranlah yang harus tunduk kepada manusia sebagai makhluq paling mulia. Kalau begitu jadinya, buat apa alquran ada ? Tak heran bila para ulama memasukkan keyakinan bahwa alquran adalah makhluq sebagai satu kekufuran.
Imam Ibnu Taimiyyah pada masanya, melakukan satu bentuk perlawanan terhadap hukum ilyasiq yang merupakan perpaduan dari hukum islam, yahudi, nasrani dan Tartar. Hukum ini diberlakukan sebagai bentuk penghormatan akan kebhinekaan masyarakat yang ada. Sebuah perkataan emas yang diungkapkan Ibnu Taimiyyah ketika ditanya, “ Bukankah Ilyasiq menunaikan sholat ? “ Dirinya menjawab dengan tegas “ Bila engkau melihat Ibnu Taimiyyah memegang alqura’an berada pada pihak Ilyasiq maka perangi Ibnu Taimiyyah !” Ini artinya, betapa tidak bermanfaat keislaman seseorang bila masih mengakui hukum selain hukum Alloh.
Sekarang coba kita qiyaskan dua contoh di atas dengan pancasila yang berlaku di Indonesia. Tidak sedikit umat islam yang mengimaninya (pancasila) dengan sepenuh hati. Itu terjadi oleh satu di antara tiga sebab, yaitu : Orang itu paham hakekat pancasila, tapi tidak mengerti makna tauhid dengan sebenar-benarnya. Kemungkinan kedua adalah orang itu memahami aqidah dengan baik, tapi tidak mengetahui maahuwa pancasila wamaa adrookama pancasila. Dan yang ketiga adalah bahwa orang itu memahami dengan baik pancasila dan tauhid, akan tetapi karena ketakutannya terhadap resiko yang akan ditanggung maka dirinya mencari jalan selamat.
Siapapun yang mengerti makna tauhid dengan sebenar-benarnya maka akan paham bahwa pancasila bertentangan dengan tauhid asma’ washifat, tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah, alwala’ walbaro dan lainnya.
Siapa saja yang memahami sepuluh pembatal keislaman yang disebut oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, tentu akan tahu bahwa pancasila masuk di dalamnya.
Mengagumi Imam Ahmad bin Hambal dalam memerangi paham alquran adalah makhluq dan memuji Ibnu Taimiiyah yang bersikap tegas di hadapan hukum Ilyasiq, akan tetapi menganggap khowarij para penentang pancasila adalah satu kelinglungan. Kepada mereka saya katakan “ Belajar lagi aqidah dengan benar dan jangan taqlid kepada ustadz kalian “