Selain Nabi Juga Berhak Mendapat Wahyu Dari Alloh

(kontrofersi 38)
Ini bukan pendapat mengada-ada. Tetapi ia berdasarkan alquran. Alloh berfirman :
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
Dan Kami wahyukan (ilhamkan) kepada ibu Musa : Susuilah Dia, dan bila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari Para rasul  [alqoshosh : 7]
Syaikh Mannaul Qothon memaknai wahyu yang Alloh berikan kepada ibu Musa dengan ilham yang bersifat fitri pada manusia. Sementara Imam Baghowi mengartikan dengan : Wahyu yang bersifat ilham bukan wahyu kenabian.
Demikianlah, wahyu jenis ini dimiliki oleh manusia. Bayi akan segera mencari puting ibu manakala lahir, kaki akan segera terangkat tatkala menginjak bara api (sering orang menyebut sebagai gerakan reflek) dan lainnya adalah naluri manusia. Dan itu bagian dari wahyu Alloh (ilham)
Dalil lain yang menunjukkan bahwa wahyu dimiliki oleh manusia selain para nabi adalah sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ كَانَ فِيمَا قَبْلَكُمْ مِنْ الْأُمَمِ مُحَدَّثُونَ فَإِنْ يَكُ فِي أُمَّتِي أَحَدٌ فَإِنَّهُ عُمَرُ زَادَ زَكَرِيَّاءُ بْنُ أَبِي زَائِدَةَ عَنْ سَعْدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ رِجَالٌ يُكَلَّمُونَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَكُونُوا أَنْبِيَاءَ فَإِنْ يَكُنْ مِنْ أُمَّتِي مِنْهُمْ أَحَدٌ فَعُمَرُ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا مِنْ نَبِيٍّ وَلَا مُحَدَّثٍ
Dari Abu Hurairah Radhiyalahu'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sungguh telah ada pada setiap umat-umat sebelum kalian para muhaddits (orang-orang yang selalu berpandangan lurus/punya firasat tinggi) dan seandainya ada seseorang pada umatku ini tentu dia adalah 'Umar. Zakariya' bin Abu Za'idah menambahkan dari Sa'ad dari Abu Salamah dari Abu Hurairah Radhiyalahu'anhu berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sungguh telah ada pada orang-orang sebelum kalian dari kalangan Bani Isra'il mereka yang dianugerahkan pembicaraannya selalu benar padahal mereka bukanlah dari kalangan para Nabi. Dan seandainya ada pada umatku ini seorang dari mereka, maka tentu dia adalah 'Umar. Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma menjelaskan dengan redaksi; Dari kalangan Nabi bukan muhaddats".[HR Bukhori, Muslim, Ahmad dan Tirmidzi]
Ibnu Hajar menerangkan makna muhaddatsun adalah : seorang yang persangkaannya selalu benar, ia juga bermakna : ucapan malaikat ada di lesannya.
Sejarah membuktikan bahwa turunnya ayat hijab, larangan menyolati mayat munafiq, sholat dua rokaat di maqom Ibrohim adalah diawali oleh perkataan Umar bin Khothob.
Maroji’ :
Mabahits Fi Ulumil Quran, Syaikh Mannaul Qothon hal 32
Tafsir Albaghowi (maktabah syamilah) hal 386
Fathul Bari Bab Manaqib Umar