(kontrofersi 39)
Syaikh Manna’ul Qothon dalam mabahits fi ‘ulumil quran memberi definisi wahyu secara bahasa dengan alkhofa’ wassur’ah (tersembunyi dan cepat). Adapun secara istilah : Pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang bersifat khusus, dimana tidak diketahui selain kepada pihak yang dituju.
Wahyu sering diidentikkan dengan firman Alloh buat rosul-rosulNya melalui perantara malaikat jibril alaihissalam. Rupanya, secara bahasa, setan juga memiliki kemampuan memberi wahyu sebagaimana firman Alloh di dua surat dalam alquran :
وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ
Sesungguhnya setan-setan sungguh-sungguh mewahyukan (membisikkan) kepada para walinya untuk membantahmu [al’ an’am : 121]
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
Demikianlah kami jadikan setiap nabi, memiliki musuh berupa setan dari kalangan jin dan manusia yang sebagian kepada sebagian lain mewahyukan (membisikkan) kata-kata indah tapi menipu [al an’am : 112]
Dua ayat di atas mencantumkan kata layuuhuuna dan yuuhi, yang keduanya bermakna wahyu. Tentu wahyu yang disebut tidak sebagaimana yang Alloh berikan kepada para rosul untuk umatnya. Syaikh Manna’ul Qothon memaknai wahyu untuk dua ayat di atas dengan : Bisikan setan dan penggambaran indah akan perbuatan dosa pada hati manusia.
Oleh karena itu, ketika demokrasi dipuji bangsa-bangsa padahal itu adalah manhaj kufur, kesamaan kedudukan manusia yang merupakan slogan HAM diikuti dan pemahaman lainnya yang menyesatkan, itu adalah bagian dari keberhasilan setan dalam membisikkan kebatilan pada manusia sehingga alhaq dimusuhi dan kebatilan dicintai. Dan itu adalah wahyu yang berasal dari setan.
Maroji’ :
Mabahits Fi Ulumil Quran, Syaikh Mannaaul Qothon hal 32-33