(kontrofersi 27)
Seorang yang menunaikan sholat dengan didahului wudlu yang sempurna, pakaian rapi dan bersih, syarat dan rukun dikerjakan dengan baik. Seharusnya dengan kwalitas sholat seperti ini dia berhak mendapat pahala. Sayang, dia tidak mendapat apa-apa, bahkan itu berlangsung selama empat puluh hari. Kenapa ? Karena ia bermuamalah dengan dukun. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
من أتى عرافا فسأله عن شيء فصدقه لم تقبل له صلاة أربعين يوما
Barang siapa yang mendatangi peramal dan menanyakan kepadanya tentang sesuatu perkara dan dia mempercayainya, maka sholatnya tidak diterima selama 40 hari [HR Muslim]
Imam Nawawi menerangkan makna lam tuqbal (tidak diterima) dengan : tidak diberi pahala. Mungkin ada yang bertanya : apa yang dimaksud dengan empat puluh hari, ke depan atau empat puluh hari dari hari-hari terdahulu. Jawabannya adalah empat puluh hari yang akan datang. Bila itu kenyataannya maka mungkin saja bila ada seseorang yang memiliki satu diantara tiga pendirian :
· Memilih tidak sholat selama empat puluh hari ke depan, karena merasa toh kalau sholat dilakukan tidak akan mendapat pahala. Sikap ini jelas salah. Sudah pergi ke dukun, tidak sholat lagi.
· Melakukan pengulangan setiap sholat selama empat puluh hari. Selesai menunaikan sholat shubuh, ia berdiri lagi untuk menunaikan sholat shubuh kedua kalinya. Sholat shubuh pertama dianggap tidak mendapat pahala, sementara sholat shubuh kedua berharap, siapa tahu Alloh memberi pahala. Cara ini juga salah karena tidak ada satupun hadits yang mencontohkan cara seperti itu.
· Tetap melakukan sholat seperti biasa sebagai penggugur kewajiban dengan keyakinan bahwa ia tidak akan mendapat pahala sedikitpun.
Pilihan ketiga inilah yang benar.
Maroji’ :
Fathul Majid, Syaikh Abdurrohman Hasan Alu Syaikh hal 235