Siapa Bilang Qunut Shubuh Bid’ah ?

(kontrofersi 21)
Seorang ikhwan pernah kita tanya “ Bagaimana sholat lima waktu anda ? “ dengan mantap orang ini menjawab “ Alhamdulillah, semua saya tunaikan dengan berjamaah di masjid kecuali sholat shubuh ! “ Dengan heran kita tanya lagi “ Kenapa bisa demikian ? “ Orang itu menjawab “ Karena imam yang memimpin sholat untuk kami, membaca qunut shubuh. Bukankah itu bid’ah ? bahkan saya melarang anak saya pergi ke masjid, karena Alloh berfirman : quu anfusakum wa ahliikum naaron (jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka). Karena qunut shubuh itu bid’ah dan bid’ah itu di neraka maka saya tidak rela kalau saya dan dan anak saya masuk neraka “
Demi mendengar jawaban ini saya berkata “ Anda memvonis qunut shubuh adalah bida’ah, sementara anda sendiri tanpa sadar telah melakukan bid’ah. Bukankah rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak pernah mencotohkan sholat shubuh dilaksanakan di rumah ? Itu berarti anda menvonis orang lain melakukan bida’h, pada saat yang sama anda telah melakukan bid’ah “ Bahkan rosululloh shollallohu alaihi wasallam pernah menyidang seseorang yang tidak menghadiri sholat shubuh :
عَنْ يَزِيدَ بْنِ اَلْأَسْوَدِ رضي الله عنه أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم صَلَاةَ اَلصُّبْح فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا هُوَ بِرَجُلَيْنِ لَمْ يُصَلِّيَا فَدَعَا بِهِمَا فَجِيءَ بِهِمَا تَرْعَدُ فَرَائِصُهُمَا فَقَالَ لَهُمَا مَا مَنَعَكُمَا أَنْ تُصَلِّيَا مَعَنَا قَالَا قَدْ صَلَّيْنَا فِي رِحَالِنَا قَالَ فَلَا تَفْعَلَ إِذَا صَلَّيْتُمَا فِي رِحَالِكُمْ ثُمَّ أَدْرَكْتُمْ اَلْإِمَامَ وَلَمْ يُصَلِّ فَصَلِّيَا مَعَهُ فَإِنَّهَا لَكُمْ نَافِلَةٌ
Dari Yazid Ibnu al-Aswad bahwa dia pernah sholat Shubuh bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah usai sholat beliau bertemu dengan dua orang laki-laki yang tidak ikut sholat. Beliau memanggil kedua orang itu, lalu keduanya dihadapkan dengan tubuh gemetaran. Beliau bertanya pada mereka : Apa yang menghalangimu sehingga tidak ikut sholat bersama kami ? Mereka menjawab : Kami telah sholat di rumah kami. Beliau bersabda : Jangan berbuat demikian, bila kamu berdua telah sholat di rumahmu kemudian kamu melihat imam belum sholat, maka sholatlah kamu berdua bersamanya karena hal itu menjadi sunat bagimu [HR Imam Tiga]
Akibat kedua yang anda terima adalah vonis munafiq layak disematkan buat anda atas ketidakhadiran di masjid pada saat sholat shubuh ditegakkan :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم  أَثْقَلُ اَلصَّلَاةِ عَلَى اَلْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ اَلْعِشَاءِ وَصَلَاةُ اَلْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا  مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Sholat yang paling berat bagi orang-orang munafik ialah sholat Isya' dan Shubuh. Seandainya mereka tahu apa yang ada pada kedua sholat itu, mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak   [Muttafaq Alaihi]
Selanjutnya yang perlu anda ketahui bahwa dalam setiap hari anda kehilangan pahala berlimpah yang Alloh berikan kepada jamaah sholat shubuh :
عن عثمان رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يقول من صلى العشاء في جماعة فكأنما قام نصف الليل، ومن صلى الصبح في جماعة فكأنما صلى الليل كله رَوَاهُ مُسلِمٌ
Dari Utsman Bin Affan rodliyallohu anhu berkata : Aku mendengar rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa sholat isya’ berjamaah maka seolah-olah ia berdiri sholat setengah malam. Barangsiapa yang sholat shubuh berjamaah maka seolah-olah ia telah sholat semalam suntuk [HR Muslim]
Lalu, bagaimana dengan status qunut shubuh ? Bagi yang mempelajari fiqih secara mendalam, akan mendapati bahwa masalah ini bagian dari khilafiyah. Yang meyakini akan adanya qunut pada sholat shubuh mendasarkan pada hadits :
وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه  أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَنَتَ شَهْرًا بَعْدَ اَلرُّكُوعِ  يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ اَلْعَرَبِ  ثُمَّ تَرَكَهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَلِأَحْمَدَ وَاَلدَّارَقُطْنِيِّ نَحْوُهُ مِنْ وَجْهٍ آخَرَ  وَزَادَ  فَأَمَّا فِي اَلصُّبْحِ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ حَتَّى فَارَقَ اَلدُّنْيَا


Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah berqunut setelah ruku' sebulan untuk mendoakan kebinasaan sebagian bangsa Arab kemudian beliau meninggalkannya. Muttafaq Alaihi. Ada hadits serupa riwayat Ahmad dan Daruquthni dari jalan lain tetapi dengan tambahan : Adapun dalam sholat Shubuh beliau selalu berqunut hingga meninggal dunia.
Adapun yang membid’ahkannya menyandarkan pada sebuah riwayat :
عَنْ سَعْدِ بْنِ طَارِقِ الْأَشْجَعِيِّ رضي الله عنه قَالَ قُلْتُ لِأَبِي  يَا أَبَتِ  إِنَّكَ قَدْ صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَبِي بَكْرٍ  وَعُمَرُ  وَعُثْمَانُ  وَعَلَيَّ  أَفَكَانُوا يَقْنُتُونَ فِي اَلْفَجْرِ  قَالَ  أَيْ بُنَيَّ  مُحْدَثٌ
Sa'id Ibnu Thariq Al-Asyja'y Radliyallaahu 'anhu berkata : Aku berkata pada ayahku : Wahai ayahku engkau benar-benar pernah sholat di belakang (bermakmum) Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Abu bakar Umar Utsman dan Ali. Apakah mereka berqunut dalam sholat Shubuh ? Ayahku menjawab : Wahai anakku itu adalah sesuatu yang baru. Diriwayatkan oleh Imam Lima kecuali Abu Dawud.
Kedua riwayat di atas memang bertentangan. Akhirnya muncullah perbedaan pendapat di kalangan para ulama dalam menyimpulkan hadits di atas. Sebagian mendloifkan hadits pertama sehingga dinyatakan bahwa qunut shubuh adalah bida’h, akan tetapi Imam Syafi’i, setelah melakukan penelitian maksimal menyimpulkan bahwa hadits tersebut adalah shohih dan dinyatakan bahwa qunut shubuh adalah sunnah rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Imam Syafi’i telah berijtihad. Seandainya kesimpulan beliau salah tetap mendapat pahala yang dijanjikan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضي الله عنه أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ إِذَا حَكَمَ اَلْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Amar Ibnu Al-'Ash Radliyallaahu 'anhu bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Apabila seorang hakim menghukum dan dengan kesungguhannya ia memperoleh kebenaran, maka baginya dua pahala; apabila ia menghukum dan dengan kesungguhannya ia salah, maka baginya satu pahala  [Muttafaq Alaihi]
Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam berkata : Seorang hakim bila telah mengerahkan semua kemampuannya dalam menetapkan hukum dan berijtihad di dalamnya yang akhirnya menghasilkan satu keyakinan akan kebenaran ketetapannya, bila ternyata apa yang ia putuskan adalah benar dan sesuai dengan yang dikehendaki Alloh maka baginya dua pahala, yaitu : pahala berijtihad dan pahala kebenaran yang ia capai. Adapun bila dia berijitihad akan tetapi tidak menghasilkan keputusan yang benar maka baginya satu pahala, yaitu : pahala berijitihad, karena kesungguhannya mencari kebenaran adalah bagian dari ibadah meski ia kehilangan pahala menetapi kebenaran. Akan tetapi ia tidak berdosa setelah ia mengerahkan semua daya dan ijtihadnya sehingga gugurlah dosa kesalahan. Hal itu hanya berlaku bila yang bersangkutan memenuhi kriteria, yaitu alim dan ahli dalam berijitihad.
Adakah di antara kita meragukan kealiman dan keahlian imam Syafi’i dalam berijtihad ? Sungguh tidak sopan bila ada yang berani mengatakan beliau adalah penyebar bid’ah hanya gara-gara persoalan qunut shubuh. Apakah anda tidak tahu salah satu kaedah ahussunnah waljamaah yang mengatakan :
الْمَرْجَعُ عِنْدَ الْخِلاَفِ يَكُوْنُ لِلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ مَعَ الإِعْتِذارِ لِلمُخْطِئِ مِنْ مُجْتَهِدِى الأُمَّةِ وَسُؤَالِ الله لهُ بِالْمَغْفِرَةِ                                      
Sumber rujukan ketika berbeda pendapat adalah alqur’an dan assunnah disertai mema’lumi akan kesalahan mujtahid dari kalangan umat ini dan memohonkan ampunan kepada Alloh atas kesalahannya
Tidakkah kita malu terhadap ikan-ikan di laut yang sibuk mendoakan para ulama :
وَإنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالحِيْتاَنُ فِى جَوْفِ الماَءِ رواه أبوداود
Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda:…sesungguhnya seorang alim sungguh senantiasa dimohonkan ampun penghuni langit dan bumi hingga ikan-ikan yang ada di kedalaman laut [HR Abu Daud]
Terakhir, silahkan buka kembali kitab-kitab fiqih yang membahas hukum sholat dipimpin oleh ahli maksiat dan ahli bid’ah. Kita akan mendapatkan betapa syah sholat di belakang mereka dan betapa dosa Alloh akan berikan kepada orang yang tidak menunaikan sholat dengan jamaah hanya gara-gara melihat imam yang tidak sesuai seleranya.
Maroji’ :
Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 4/430-431