(kontrofersi 25)
Dalam surat alfatihah, kaum yahudi disebut sebagai almaghdlub (yang dimurkai). Ibnu Taimiyyah berkata : Akar dari kekufuran yahudi adalah tidak beramal dari ilmu yang mereka miliki. Mereka mengetahui alhaq akan tetapi tidak mengikutinya baik ucapan atau perbuatan atau tidak ucapan tidak pula perbuatan.
Kenyataan ini agaknya bertentangan dengan judul yang tercantum di atas. Tetapi bila kita tunjukkan beberapa contoh, kita akan mengetahui betapa tidak semua ilmu boleh diterapkan. Apa pendapat anda bila mendengar riwayat di bawah ini :
ألا أبعثك على ما بعثني عليه رسول الله أن لا تدع صورة إلا طمستها ولا قبرا مشرفا إلا سويته
Maukah kamu aku utus untuk suatu tugas sebagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengutusku untuk tugas tersebut ? yaitu : janganlah kamu biarkan ada sebuah patung tanpa kamu hancurkan, dan janganlah kamu biarkan ada sebuah kuburan yang menonjol kecuali kamu ratakan [HR Muslim]
Mungkinkah kita terapkan sekarang ? Kita hancurkan patung-patung dan betapa banyak patung berdiri kokoh yang dibuat oleh pemerintah secara resmi. Bila kita pergi ke komplek pemakaman, maka akan kita dapati kuburan yang menonjol dengan tembok dan bangunan di atasnya. Apa jadinya bila kita hancurkan semuanya ?
Ketika kita duduk di majlis ta’lim, kita dengarkan seorang ustadz menyampaikan materi tentang fiqh thalaq. Tata cara, macam-macamnya dan seluk beluk yang berkaitan dengan perceraian. Tegakah kita menceraikan pasangan hanya gara-gara inginkan mengamalkan ilmu ini sementara hubungan kita dengan istri baik-baik saja.
Di saat mendengar firman Alloh tentang potong tangan bagi pencuri, dera bagi pezina, qishosh bagi pembunuh dan lainnya, bisakah kita mempraktekkannya ? Padahal kita belum memiliki kekuasaan ?
Sebenarnya masih banyak contoh lain yang menunjukkan bahwa terkadang ada ilmu-ilmu tertentu yang belum saatnya diamalkan.
Maroji’ :
Iqtidlo’ Shirothil Mustaqim, Ibnu Taimiyyah hal 5