(kontrofersi 29)
Seseorang telah meniatkan diri untuk menunaikan sholat tahajud. Dia pasang alarm jam dan hp. Tak lupa pesan kepada tukang ronda untuk membangunkan dirinya pada pukul 02.00, selain itu ia tempatkan ayam jantan tidak jauh dari kamarnya karena mendengar keterangan dari hadits bahwa ayam jantan membangunkan umat islam untuk qiyamullail dengan kokoknya.
Apa yang terjadi ? Ayam jantan dicuri orang tidak bertanggung jawab, tukang ronda absen karena demam mendadak, alarm hp drop batunya dan alarm jam keliru memutar arah jarum jam. Seharusnya mengarah ke angka dua ternyata angka enam yang dibidik.
Contoh lain adalah seorang yang menunaikan safar. Menurut aturan, sholat rowatib (qobliyah dan ba’diyah) gugur selama perjalanan. Iapun tunaikan sholat dengan jama’ dan qoshor. Tentu bila ini dilakukan maka otomatis sholat rowatib tidak mungkin ditunaikan karena tidak ada jeda antara sholat maghrib dan isya’ dan sholat dzuhur dan ashar bila dikerjakan dengan jama’ dan qoshor.
Demikian juga orang yang tengah sakit, bisa saja beberapa sholat sunnah yang biasa dikerjakan saat sehat, akan dihentikan sejenak melihat kondisi badannya yang lemah.
Mereka ini tetap mendapat pahala sholat meski sholat itu tidak dikerjakan. Kesimpulan ini bisa diambil dari sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ : فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً
Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam sebagaimana dia riwayatkan dari Rabbnya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi : Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut : Siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya Allah mencatatnya sebagai satu keburukan [HR Bukhori Muslim]
عن أبي موسى الأشعري رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ إذا مرض العبد أو سافر كتب له مثل ما كان يعمل مقيماً صحيحاً
Dari Abu Musa Al asy Ari rodliyallohu anhu : Bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : Bila seorang hamba sakit atau bersafar maka ditulis baginya pahala (yang ditinggalkan) sebagaimana apa yang dilakukannya saat muqim dan sehat [HR Bukhori]
Syaikh Mushthofa Albugho berkata : barangsiapa yang biasa melakukan amal kebajikan di saat kondisi normal lalu tidak mampu menunaikannya karena udzur yang datang seperti sakit atau safar maka ditulis baginya pahala sebagaimana yang biasa dilakukannya saat sehat dan tidak bepergian.
Maroji’ :
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Bugho 1/129