(Maksiat Para Sahabat Dan Kesudahannya 23)
Bila retaknya hubungan suami istri tidak berujung dan semua solusi sudah buntu maka cerai adalah solusi yang tidak bisa dihindarkan. Islam memakluminya, maka mensyariatkan thalaq bagi pasangan yang menginginkan perpisahan.
Yang tidak dimaklumi oleh islam manakala cerai dilakukan dengan cara yang berada di luar batas aturan semisal terlalu terburu-buru sehingga dalam satu waktu mengeluarkan tiga thalaq sekaligus. Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam mengkategorikannya sebagai kabair (dosa besar), hal itu berdasar pada sebuah hadits :
عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ قَالَ أُخْبِرَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ رَجُلٍ طَلَّقَ اِمْرَأَتَهُ ثَلَاثَ تَطْلِيقَاتٍ جَمِيعًا فَقَامَ غَضْبَانَ ثُمَّ قَالَ أَيُلْعَبُ بِكِتَابِ اَللَّهِ تَعَالَى وَأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ حَتَّى قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! أَلَا أَقْتُلُهُ ?
Mahmud Ibnu Labid Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah diberi tahu tentang seseorang yang mencerai istrinya tiga talak dengan sekali ucapan. Beliau berdiri amat marah dan bersabda : Apakah ia mempermainkan kitab Allah padahal aku masih berada di antara kamu ? Sampai seseorang berdiri dan berkata : Wahai Rasulullah, apakah aku harus membunuhnya [HR Nasa’i]
Letak besarnya dosa adalah pada kemarahan beliau dan vonis atas perbuatan itu sebagai tindakan mempermainkan kitabulloh.
Rupanya kebiasaan ini banyak terjadi saat Umar bin Khothob menjabat sebagai kholifah sebagaimana yang diungkapkannya :
عَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ اَلطَّلَاقُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَبِي بَكْرٍ وَسَنَتَيْنِ مِنْ خِلَافَةِ عُمَرَ طَلَاقُ اَلثَّلَاثِ وَاحِدَةٌ فَقَالَ عُمَرُ بْنُ اَلْخَطَّابِ إِنَّ اَلنَّاسَ قَدْ اِسْتَعْجَلُوا فِي أَمْرٍ كَانَتْ لَهُمْ فِيهِ أَنَاةٌ فَلَوْ أَمْضَيْنَاهُ عَلَيْهِمْ ? فَأَمْضَاهُ عَلَيْهِمْ رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Pada masa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, Abu Bakar, dan dua tahun masa khalifah Umar talak tiga kali itu dianggap satu. Umar berkata: Sesungguhnya orang-orang tergesa-gesa dalam satu hal yang mestinya mereka harus bersabar. Seandainya kami tetapkan hal itu terhadap mereka, maka ia menjadi ketetapan yang berlaku atas mereka [HR Muslim]
Adapun pada masa rosululloh shollallohu alaihi wasallam ada seorang sahabat yang namanya disebut secara jelas sebagai orang yang melakukan perbuatan ini. Dia adalah Abu Rukanah :
عَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ طَلَّقَ أَبُو رُكَانَةَ أُمَّ رُكَانَةَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَاجِعِ امْرَأَتَكَ فَقَالَ إِنِّي طَلَّقْتُهَا ثَلَاثًا قَالَ قَدْ عَلِمْتُ رَاجِعْهَا رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ
Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Abu Rakanah pernah menceraikan Ummu Rakanah. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda padanya : Kembalilah pada istrimu. Ia berkat : Aku telah menceraikannya tiga talak. Beliau bersabda : Aku sudah tahu, kembalilah kepadanya [HR Abu Daud]
وَفِي لَفْظٍ لِأَحْمَدَ طَلَّقَ أَبُو رُكَانَةَ اِمْرَأَتَهُ فِي مَجْلِسٍ وَاحِدٍ ثَلَاثًا فَحَزِنَ عَلَيْهَا فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَإِنَّهَا وَاحِدَةٌ
Dalam suatu lafadz riwayat Ahmad : Abu Rakanah menceraikan istrinya dalam satu tempat tiga talak, lalu ia kasihan padanya. Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadanya : Yang demikian itu satu talak
Demikianlah Abu Rukanah yang akhirnya meruju’ kembali istrinya atas dasar rasa kasihannya terhadap istri dan ketaatannya kepada nabi shollallohu alaihi wasallam ketika memerintahkannya untuk kembali kepada istrinya.
Maroji’ :
Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohan Albassam, kitab nikah bab tholaq