(Maksiat Para Sahabat Dan Kesudahannya 19)
Istighotsah adalah bagian dari ibadah. Ia adalah permohonan manusia agar terhindar dari mara bahaya yang mengancamnya. Itu tidak bisa ditujukan selain kepada Alloh. Sebagian sahabat ada yang melakukannya.
Imam At-Thabrani dengan menyebutkan sanadnya meriwayatkan bahwa : Pernah ada pada zaman Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam seorang munafik yang selalu menyakiti orang-orang mu’min, maka salah seorang di antara orang mu’min berkata : Marilah kita bersama-sama beristighotsah kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam supaya dihindarkan dari tindakan buruk orang munafik ini, ketika itu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menjawab
إنه لا يستغاث بي وإنما يستعاث بالله
Sesungguhnya aku tidak boleh dimintai istighotsahnya (perlindungannya), hanya Allah sajalah yang boleh dimintai perlindungan.
Dalam kitab tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab memasukkan riwayat ini ke dalam bab minasy syirki an yastaghiitsa bigoirillah au yad’u ghoirohu (termasuk bagian dari syirik adalah beristighotsah kepada selain Alloh atau berdoa kepada selainNya)
Syaikh Abdurrohman Hasan Alu Syaikh menyebut bahwa apa yang beliau lakukan sebagai upaya menjaga kemurnian tauhid, mencegah timbulnya kesyirikan, sikap beradab di hadapan Alloh dan peringatan bagi umat dari sarana syirik baik ucapan maupun perbuatan.
Hikmah yang bisa dipetik dari kisah ini adalah betapa berharganya keberadaan alim di tengah-tengah umat hingga tidak ada penyimpangan selain ada teguran dan bimbingan ke jalan yang benar.
Maroji’ :
Fathul Majid, Syaikh Abdurrohman Hasan Alu Syaikh hal 139