(Maksiat Para Sahabat Dan Kesudahannya 31)
Wanita adalah makhluq yang memikat. Pesonanya begitu menggoda kaum lelaki. Oleh karena itu islam memberi penjagaan sehingga tidak ada yang terjerumus ke dalam perbuatan maksiat. Adzan hanya diperuntukkan bagi kaum pria demikian juga bacaan subhaanalloh saat imam melakukan kesalahan. Bisa dibayangkan bila wanita diperkenankan mengumandang adzan sehingga suaranya dinikmati lawan jenisnya. Bukannya menyimak lafadz adzan, tetapi lebih menikmati merdunya suara dari si wanita.
Selain itu pandangan juga diatur karena dari pandangan itulah awal bencana. Maka Alloh berfirman :
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.
31. Katakanlah kepada wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya [annur : 30-31]
Rupanya, meski sahabat adalah manusia-manusia pilihan, ternyata mereka tidak ma’shum. Salah satunya adalah apa yang terjadi pada diri Fadl. Ketika berpapasan dengan wanita, baik Fadl maupun wanita itu saling lempar pandangan yang menyebabkan nabi shollallohu alaihi wasallam mengalihkan pandangannya ke arah lain :
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا كَانَ اَلْفَضْلُ بْنُ عَبَّاسٍ رَدِيفَ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَجَاءَتِ اِمْرَأَةٌ مَنْ خَثْعَمَ فَجَعَلَ اَلْفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا وَتَنْظُرُ إِلَيْهِ، وَجَعَلَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَصْرِفُ وَجْهَ اَلْفَضْلِ إِلَى اَلشِّقِّ اَلْآخَرِ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اَللَّهِ إِنَّ فَرِيضَةَ اَللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ فِي اَلْحَجِّ أَدْرَكَتْ أَبِي شَيْخًا كَبِيرًا لَا يَثْبُتُ عَلَى اَلرَّاحِلَةِ, أَفَأَحُجُّ عَنْهُ قَالَ نَعَمْ وَذَلِكَ فِي حَجَّةِ اَلْوَدَاعِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Adalah al-Fadl Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu duduk di belakang Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu seorang perempuan dari Kats'am datang. Kemudian mereka saling pandang. Lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memalingkan muka al-Fadl ini ke arah lain. Perempuan itu kemudian berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya haji yang diwajibkan Allah atas hamba-Nya itu turun ketika ayahku sudah tua bangka, tidak mampu duduk di atas kendaraan. Bolehkah aku berhaji untuknya ? Beliau menjawab : Ya Boleh. Ini terjadi pada waktu haji wada'. [Muttafaq Alaihi]
Kalau itu terjadi pada diri Fadl (jajaran sahabat), lalu bagaimana dengan kita ?