Pembagian Ghonimah Setelah Perang Hunain

(Maksiat Para Sahabat Dan Kesudahannya 10)
Perang Hunain selesai dengan kemenangan di pihak kaum muslimin. Harta rampasan yang diperoleh begitu melimpah. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam membagikannya kepada penduduk mekah yang baru masuk islam. Abu Sufyan mendapat 40 uqiyah dan 100 ekor onta. Ia berkata : Bagaimana dengan anakku, Yazid ? Beliau memberi onta kepadanya dengan jumlah yang sama. Abu Sufyan berkata lagi : anakku, Muawiyah ? Beliau memberinya dengan jumlah yang sama pula.
Hakim bin Hizam diberi 100 ekor unta, lalu dia meminta lagi dan diberi 100 ekor lainnya. Sufyan bin Umayyah diberi 100 ekor unta lalu ditambah seratus dan seratus lagi. Tak lupa beliau memberi Alharits bin Alharits bin Kaldah 100 ekor onta. Demikianlah para petinggi Quraisy mendapat onta masing-masing 100 ekor onta. Adapun yang lainnya mendapat 50 ekor dan ada pula yang mendapat 40 ekor.
Dengan pemberian yang banyak, sementara tidak ada satu ekor ontapun diberikan kepada sahabat dari kalangan anshor. Hal itu menyebabkan sebagian di antara mereka sedikit cemburu sehingga muncul kasak-kusuk di kalangan mereka. Barangkali kalau kita mengalami, akan menilai nabi shollallohu alaihi wasallam lebih mementingkan kaumnya daripada kaum anshor. Boleh jadi kita akan berkata : Bukankah kita telah banyak berjuang demi islam, sementara mereka yang mendapat ghonimah baru saja masuk islam sehingga pengorbanan mereka masih sedikit dan tidak sebanding dengan apa yang telah diberikan kaum anshor ?
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengetahui apa yang terjadi sehingga beliau meminta mereka untuk berkumpul. Di situ beliau bersabda :
ألاَ تَرْضَوْنَ أنْ يَذْهَبَ النَّاسُ بِالشَّاةِ وَالْبَعِيْرِ وَتَذْهَبُوْنَ بِرَسُوْلِ الله إلَى رِحَالِكُمْ لَوْلاَ الْهِجْرَةُ لَكُنْتُ امْرَأ مِنَ الأَنْصَارِ وَلَوْ سَلَكَ النَّاسُ وَادِيًا وَشِعْبًا لَسَلَكْتُ وَادِى الأَنْصَارِ وَشِعْبِهَا الأَنْصَارُ شِعَارٌ وَالنَّاسُ دِثَارٌ إنَّكُمْ سَتَلْقَوْنَ بَعْدِى أثَرَةً فَاصْبِرُوْا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ
Tidakkah kalian ridlo, jika kebanyakan orang itu pergi dengan membawa kambing dan onta, sedangkan kalian pergi memboyong rosululloh shollallohu alaihi wasallam menuju rumah-rumah kalian ? kalau tidak ada hijrah, niscaya aku akan menjadi salah seorang anshor. Jika orang-orang berpencar melewati suatu lembah dan jalan, niscaya aku akan melewati lembah dan jalan yang dilalui anshor. Orang-orang anshor adalah pakaian yang melekat di badan, sedangkan kebanyakan orang itu adalah pakaian luar. Sesungguhnya sesudahku, kalian akan menemukan suatu kejadian dimana orang-orang lebih mendahulukan urusan dunia daripada kalian. Oleh karena itu, bersabarlah hingga kalian berjumpa denganku di telaga (di akhirat)
Mendengar nasehat ini, kaum anshor menangis. Mereka sadar bahwa pulang membawa nabi shollallohu alaihi wasallam lebih baik di banding membawa onta dan kambing, sementara beliau tinggal di Mekah dan tidak akan berada di tengah-tengah mereka. Keberadaan rosululloh shollallohu alaihi wasallam di Madinah lebih bermakna. Mereka akan tetap dapat menyimak bacaan quran saat beliau menjadi imam sholat. Tidak ada hari selain mendengar hadits dari beliau. Dan yang lebih penting adalah turunnya jibril membawa ayat. Itu semua tentu tidak akan didapatkan penduduk Mekah. Ini menunjukkan nikmat din lebih berharga di mata kaum anshor.
Maroji’ :
Arrohiq Almakhthum, Syaikh Shofiyurrohman Almubarokfuri hal 490-491