(Maksiat Para Sahabat Dan Kesudahannya 62)
Jabatan tidak bisa diserahkan kepada setiap manusia tanpa seleksi. Ia adalah amanat. Bila diserahkan kepada orang yang tidak berhak, pertanda dekatnya hari kiamat. Umar bin Khothob memberi nasehat emas buat kita :
عُمَرُ تَفَقَّهُوْا قَبْلَ أنْ تُسَوَّدُوْا
Umar berkata : perdalamlah ilmu sebelum kalian menjadi pemimpin
Makna dari nasehat ini adalah :
· Kepemimpinan adalah buah dari ilmu
· Hanya orang berilmulah yang berhak memegang kepemimpinan
· Orang yang berilmu akan punya rasa takut saat memegang jabatan. Boleh jadi karena ilmu yang dimiliki akan menyebabkan dirinya tidak berambisi untuk mendapatkan kedudukan bahkan menghindarinya
Tentang jabatan, nabi shollallohu alaihi wasallam mengingatkan bahwa beliau tidak memberikannya kepada dua kelompok, yaitu yang meminta atau berambisi untuk mendapatkannya :
إنا والله لا نولي هذا العمل أحداً سأله، أو أحداً حرص عليه
Sesungguhnya demi Alloh, kami tidak akan mengangkat pemimpin kepada orang yang memintanya atau berambisi untuk mendapatkannya [muttafaq alaih]
Rupanya masalah ini belum dipahami dengan baik oleh Abu Dzar sehingga dia meminta kepada nabi shollallohu alaihi wasallam untuk diberi kedudukan, maka beliau memberi dua wejangan, yaitu :
يا أبا ذر إني أراك ضعيفاً، وإني أحب لك ما أحب لنفسي؛ لا تأمرن على اثنين، ولا تولين مال يتيم
Wahai Abu Dzar, sesungguhnya aku melihatmu sebagai orang yang lemah, sesungguhnya aku menginginkan kebaikan yang menimpamu sebagaimana kebaikan itu menimpa diriku. Janganlah sekali-kali menginginkan memimpin manusia meski hanya untuk dua orang dan jangan sekali-kali mengurusi harta anak yatim [HR Muslim]
يا أبا ذر إنك ضعيف، وإنها أمانة، وإنها يوم القيامة خزي وندامة، إلا من أخذها بحقها أدى الذي عليه فيها
Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. Sesungguhnya jabatan itu adalah amanat dan sungguhnya nanti pada hari kiamat akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali yang meraihnya dengan cara yang benar dan menunaikannya kepada yang berhak [HR Muslim]
Ditinjau dari keimanan, Abu Dzar adalah orang yang sudah teruji. Di hadapan Alloh, para sahabat adalah rodliyallohu anhum warodlu anhu. Atau dengan bahasa lain adalah ash shohaabah kulluhum ‘udul (para sahabat, seluruhnya adil), akan tetapi memimpin manusia tidak hanya mengandalkan keimanan semata melainkan kecakapan dan ilmu untuk mengatur manusia. Untuk yang kedua inilah yang tidak dimiliki oleh Abu Dzar sehingga nabi shollallohu alaihi wasallam tidak memberikannya kepadanya.
Nasehat serupa juga disampaikan oleh nabi shollallohu alaihi wasallam kepada Abdurrohman bin samuroh