(Maksiat Para Sahabat Dan Kesudahannya 60)
Itban bin Malik termasuk orang yang terlibat dalam medan badar. Di kampungnya, ia merupakan imam bagi sholat jamaah. Ketika sudah sepuh dan matanya sudah mulai rabun, ia mengalami kesulitan untuk mendatangi masjid bila hujan turun. Untuk itulah ia meminta izin kepada nabi shollallohu alaihi wasallam agar diperkenankan untuk sholat di rumah.
Di samping itu, ia meminta kepada beliau untuk sudi mendatangi rumahnya untuk meresmikan salah satu ruangan di rumahnya sebagai sholat. Permintaan itu dikabulkan. Diiringi Abu Bakar, nabi shollallohu alaihi wasallam bertamu ke rumah Itban. Di situlah, untuk pertama kalinya Itban dan Abu Bakar sholat dengan dipimpin oleh nabi shollalohu alaihi wasallam.
Selesai sholat ditunaikan, Itban menjamu tamunya dengan makanan. Rupanya kedatangan beliau diketahui tetangga. Mereka kecewa kepada si tuan rumah yang tidak memberitahu kedatangan beliau di kampungnya sehingga mereka sebut Itban sebagai munafiq. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengingatkan mereka dengan mengatakan : Jangan berkata demikian, Bukankah ia sudah mengucapkan laa ilaaha illalloh dengan mengharap wajah Alloh ? Ternyata sebutan munafiq tetap mereka tujukan kepada Itban. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda untuk menasehati mereka :
فإن اللَّه قد حرم على النار من قال لا إله إلا اللَّه يبتغي بذلك وجه اللَّه
Sesungguhnya Alloh mengharamkan neraka bagi siapa saja yang mengucapkan laa ilaaha illalloh dengan mengharap wajah Alloh [muttafaq alaih]
Syaikh Mushthofa Albugho berkata : Hadits ini memberi pelajaran tentang larangan su’udzon atas dasar syubhat.
Maroji’ :
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/320