(Maksiat Para Sahabat Dan Kesudahannya 59)
Seorang suami diperbolehkan memukul istri manakala istri melakukan nusyuz. Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di mendefinisikan nusyuz dengan : Tidak mentaati suami dengan menentangnya baik dengan ucapan maupun perbuatan. Kalau toh akhirnya pukulan dilakukan, harus mempertimbangkan dua hal, yaitu : Tidak menyakitkan dan menjadikannya alternatif ketiga setelah nasehat lembut dan pisah tempat tidur. Hal ini berdasar firman Alloh :
وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar [annisa : 34]
Secara lesan, nabi shollallohu alaihi wasallam pernah mengizinkan kepada kaum pria untuk memukul istri. Rupanya, pembolehan itu menyebabkan banyak kaum wanita yang menjadi korban yang kemudian mengadu di hadapan rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Akhirnya beliau memberi nasehat kepada para suami untuk tidak mudah memutuskan pukulan setiap melihat gelagat nusyuz yang diperlihatkan oleh para istri. Inilah yang dituturkan oleh Iyas bin Abdulloh bin Abu Dzubab :
عن إياس بن عبد اللَّه بن أبي ذباب رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم لا تضربوا إماء اللَّه فجاء عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إلى رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فقال ذَئِرْنَ النساء على أزواجهن، فرخص في ضربهن، فأطاف بآل رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم نساء كثير يشكون أزواجهن، فقال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم لقد أطاف بآل محمد نساء كثير يشكون أزواجهن ليس أولئك بخياركم
Dari Iyas bin Abdulloh bin Abu Dzubab rodliyallohu anhu, bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : Jangan kalian memukul kaum wanita mukminat. Umar datang menghadap rosululloh shollallohu alaihi wasallam seraya berkata : Banyak wanita yang membangkang terhadap suaminya. Akhirnya beliau memberi rukhshoh untuk memukul istri. Tidak berapa lama, kaum wanita berkeliling menemui keluarga (istri) rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk mengadukan suami mereka. Beliau bersabda : Telah berkeliling kaum wanita menemui keluarga Muhammad untuk mengadukan perilaku suami mereka. Suami yang suka memukul istri, itu bukan suami yang baik [HR Abu Daud]
Penulis Aunul Ma’bud mengkompromikan antara pembolehan pemukulan pada surat annisa’ dengan kisah di atas dengan mengatakan : Mampu menahan diri dan bersabar atas buruknya perilaku istri dan tidak melakukan pemukulan terhadapnya adalah lebih afdhol dan lebih bagus.
Itulah akhlaq nabi shollallohu alaihi wasallam terhadap istri-istrinya sebagaimana yang diceritakan oleh Aisyah :
مَا ضَرَبَ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم امْرَأةً لَهُ وَلاَ خَادِمًا قط وَلاَ ضَرَبَ بِيَدِهِ شَيْأً قط إلاَّ فِي سَبِيْلِ الله أوْ تُنْتَهَكُ مَحَارِمُ الله فَيَنْتَقِمُ
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam tidak pernah sekalipun memukul istrinya, tidak pula kepada pembantunya. Tidak pernah beliau memukul dengan tangannya pada sesuatu kecuali dalam medan jihad fisabilillah atau bila ada kehormatan Alloh dilanggar, maka beliau akan murka [HR Nasa’i]
Maroji’ :
Tafsir Taisir Kalim Arrohman Fi Tafsir kalamil Mannan (maktabah syamilah), Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di
Aunul Ma’bud, Al ‘Allaamah Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq Al’adzim Abadi 4/243