Tidur Berpencar Saat singgah

(Maksiat Para Sahabat Dan Kesudahannya 50)
Hampir di semua lini ibadah, islam mengajarkan berjamaah. Sholat, safar, makan dan lainnya. Jamaah tidak akan mendatangkan selain kebaikan. Bukankah tangan Alloh ada di atas jamaah.
Perintah jamaah juga disyariatkan saat kita istirahat dalam perjalanan safar. Para sahabat pernah melalaikannya sehingga mendapat teguran dari nabi shollallohu alaihi wasallam :
عن أبي ثعلبة الخشني رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال كان الناس إذا نزلوا منزلاً تفرقوا في الشعاب والأودية، فقال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم إن تفرقكم في هذه الشعاب والأودية إنما ذلكم من الشيطان  فلم ينزلوا بعد ذلك منزلاً إلا انضم بعضهم إلى بعض  
Dari Abu Tsa’labah Alkhutsani rodliyallohu anhu berkata : para sahabat bila singgah di satu tempat dalam perjalanannya, biasa berpencar di lembah atau di jalan. Maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya berpencarnya kalian di lembah dan di jalan itu tidak lain berasal dari setan. Setelah itu mereka tidak singgah untuk istirahat kecuali bergabung satu sama lain  [HR Abu Daud]
Penulis aunul ma’bud menerangkan makna minasy syaithon (berasal dari setan) dengan : menakut-nakuti wali-wali Alloh (orang beriman) dan membuat musuh akan berani. Dengan kata lain, bersendirian dalam istirahat menyebabkan setan akan leluasa menggoda manusia. Kalau ini dilihat oleh musuh maka mereka akan berani datang untuk menyerang. Sungguh kekuatan itu ada pada jamaah
Maroji’ :
Aunul Ma’bud, Al’allamah Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq Al’adzim Abadi 5/98