(Maksiat Para Sahabat Dan Kesudahannya 46)
Salah satu ciri khas kepemimpinan Umar bin Khothob saat menjabat sebagai kholifah adalah senantiasa dikelilingi oleh ahli alquran. Inilah penuturan Ibnu Abbas :
وكان مِنْ النفر الذين يدنيهم عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وكان القراء أصحاب مجلس عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ومشاورتهكهولا كانوا أو شبانا
Para qurro’ (ahli alquran) adalah orang-orang yang dekat dengan Umar rodliyallohu anhu yang menemaninya dalam majlis dan tempat permusyawarahannya, baik dari kalangan tua maupun generasi muda
Pada suatu saat, seseorang bernama ‘Uyainah bin Mihshon datang menghadapnya lewat perantaraan keponakannya yang merupakan orang dekat amirul mu’minin, yaitu Alhurr bin Qois. Di situlah ‘Uyainah menumpahkan sumpah serapahnya di hadapan sang amir dengan mengatakan :
هي يا ابن الخطاب ! فواللَّه ما تعطينا الجزل، ولا تحكم فينا بالعدل
“ Hai anaknya khothob, demi Alloh ! Engkau tidak memberi kepada kami dengan pemberian yang banyak dan engkau tidak memimpin kami dengan adil !
Demi mendengar perkataan kasar ini, Umar murka dan hampir menggamparnya. Alhurr bin Qois memberinya nasehat. Wahai amirul mu’minin, ingatlah alloh berfirman :
خذ العفو، وأمر بالعرف، وأعرض عَنْ الجاهلين
Berikan pemaafan, perintahkan yang ma’ruf dan berpalinglah dari orang bodoh [al a’rof : 198]
Sesungguhnya orang ini adalah bodoh. Dengan nasehat ini, akhirnya Umar tidak melanjutkan amarahnya dan memang begitulah, Umar senantiasa tunduk kepada ayat.
Demikianlah, ketundukan kepada ayat dan bersahabat dengan orang yang paham alquran, tidak mendatangkan selain kebaikan.