Motivasi Bertamu

                                                                     (fiqih bertamu)

Ditinjau dari segi kedatangan, maka tamu terbagi menjadi dua :

·         Datang atas inisiatif dari tamu dan ini yang paling banyak
·         Datang atas permintaan tuan rumah

Hal inilah yang pernah diminta oleh Itban bin Malik kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam :

إني أنكرت بصري وإن الوادي الذي بيني وبين قومي يسيل إذا جاءت الأمطار فيشق علي اجتيازه، فوددت أنك تأتي فتصلي في بيتي مكاناً أتخذه مصلىً

Sesungguhnya mataku sudah rabun, bila hujan turun, air mengalir pada lembah antara kaumku dengan masjid mereka sehingga sulit bagiku untuk melewatinya (karenanya aku tidak bisa dating ke masjid). Aku berharap semoga anda datang untuk sholat di rumahku di ruangan yang nantinya akan aku jadikan sebagai tempat khusus sholat  [muttafaq alaih]

Motifasi seseorang bertamu :

1.      Menengok orang sakit

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam pernah melakukannya. Diriwayatkan dalam shoheh Bukhori, dari Ibnul Musayyab, bahwa bapaknya berkata : “Ketika Abu Tholib akan meninggal dunia, maka datanglah Rasulullah, dan pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah, dan Abu Jahal ada disisinya, lalu Rasulullah bersabda kepadanya :

"يا عم، قل لا إله إلا الله كلمة أحاج لك بها عند الله"
“Wahai pamanku, ucapkanlah “la ilaha illallah” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu dihadapan Allah”.

          Tetapi Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Tholib : “Apakah kamu membenci agama Abdul Muthollib ?”, kemudian Rasulullah mengulangi sabdanya lagi, dan mereka berduapun mengulangi kata-katanya pula, maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Tholib adalah : bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Mutholib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat la ilah illallah, kemudian Rasulullah bersabda : “sungguh akan aku mintakan ampun untukmu pada Allah, selama aku tidak dilarang”, lalu Allah menurunkan firmanNya :

]ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين[
“Tidak layak bagi seorang Nabi serta orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik” (QS. Al bara’ah, 113).

          Dan berkaitan dengan Abu Tholib, Allah menurunkan firmanNya :
]إنك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء[
“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tak sanggup memberikan hidayah) petunjuk) kepada orang-orang yang kamu cintai, akan tetapi Allah lah yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya” (QS. Al Qoshosh, 57)

Hadits di atas menunjukkan bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam menengok pamannya yang tengah sakit dengan tujuan utama untuk mengajaknya masuk islam, meski upaya itu tidak menemui hasil

2.      Mengecek kondisi keluarga

Ibrohim jauh-jauh dari Palestina datang ke Mekah untuk menemui Ismail yang sudah beristri. Saat itu Ismail sedang berburu sehingga Ibrohim ditemui istri Ismail. Dari gaya bicara, Ibrohim menilai bahwa wanita itu bukan istri yang baik. Maka sebelum pulang, Ibrohim berpesan kepada Ismail lewat istrinya agar merubah daun pintunya. Ketika Ismail pulang, dan istrinya menyampaikan pesan mertua, maka Ismail paham bahwa bahasa itu adalah isyarat agar dirinya menceraikan istrinya dan pesan tupun dilaksanakan olehnya.
Selang beberapa waktu kemudian, Ismail menikah dengan wanita lain. Ibrohimpun bertamu kepadanya, akan tetapi tidak menjumpainya karena Ismail tengah berburu sehingga Ibrohim kembali disambut oleh istrinya. Dari gaya bicara, Ibrohim memahami bahwa wanita ini adalah pasangan yang baik bagi Ismail sehingga Ibrohim berpesan kepadanya agar Ismail mempertahankan daun pintunya.

3.      Mengecek kondisi iman

Tersebut dalam riwayat, 3 orang yahudi miskin lagi cacat. Yang pertama berkepala botak, yang kedua berkulit sopak dan yang ketiga buta. Ketika Alloh sembuhkan mereka bertiga dan dilimpahi dengan kekayaan berupa onta, sapi dan kambing maka malaikat Alloh mengutus malaikat untuk mendatangi mereka dengan datang sebagai sosok musafir yang kehabisan bekal. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam menuturkan :
ثم إنه أتى الأبرص في صورته وهيئته، قال : رجل مسكين قد انقطعت بي الحبال في سفري، فلا بلاغ لي اليوم إلا بالله ثم بك، أسألك بالذي أعطاك اللون الحسن والجلد الحسن والمال، بعيرا أتبلغ به في سفري، فقال : الحقوق كثيرة، فقال له : كأني أعرفك ! ألم تكن أبرص يقذرك الناس، فقيرا فأعطاك الله U المال ؟ فقال: إنما ورثت هذا المال كابرا عن كابر، فقال : إن كنت كاذبا فصيرك الله إلى ما كنت. قال : وأتى الأقرع في صورته، فقال له : مثل ما قال لهذا، ورد عليه مثل ما رد عليه هذا، فقال : إن كنت كاذبا فصيرك الله إلى ما كنت. قال : وأتى الأعمى في صورته فقال : رجل مسكين وابن سبيل قد انقطعت بي الحبال في سفري، فلا بلاغ لي اليوم إلا بالله ثم بك، أسألك بالذي رد عليك بصرك شاة أتبلغ بها في سفري، فقال : قد كنت أعمى فرد الله إلي بصري، فخذ ما شئت، ودع ما شئت، فوالله لا أجهدك اليوم بشيء أخذته لله، فقال : أمسك مالك، فإنما ابتليتم، فقد رضي الله عنك وسخط على صاحبيك.   
Kemudian datanglah malaikat itu kepada orang  yang sebelumnya menderita penyakit kusta, dengan menyerupai dirinya disaat ia masih dalam keadaan berpenyakit kusta, dan berkata kepadanya : “Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang tampan, kulit yang indah, dan kekayaan yang banyak ini, aku minta kepada anda satu ekor onta saja untuk bekal meneruskan perjalananku”, tetapi permintaan ini ditolak dan dijawab : “Hak-hak (tanggunganku) masih banyak”, kemudian malaikat tadi berkata kepadanya : “Sepertinya aku pernah mengenal anda, bukankah anda ini dulu orang yang menderita penyakit lepra, yang mana orangpun sangat jijik melihat anda, lagi pula anda orang yang miskin, kemudian Allah memberikan kepada anda harta kekayaan ?”, dia malah menjawab : “Harta kekayaan ini warisan dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat”, maka malaikat tadi berkata kepadanya :“jika anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan anda kepada keadaan anda semula”.
          Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya berkepala botak, dengan menyerupai dirinya disaat masih botak, dan berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita penyakita lepra, serta ditolaknya pula permintaanya sebagaimana ia ditolak oleh orang yang pertama. Maka malaikat itu berkata : “jika anda berkata bohong niscaya Allah akan mengembalikan anda seperti keadaan semula”.
          Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta, dengan menyerupai keadaannya dulu disaat ia masih buta, dan berkata kepadanya : “Aku adalah orang yang miskin, yang kehabisan bekal dalam perjalanan, dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga kau tidak dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini, kecuali dengan pertolongan Allah kemudian pertolongan anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan anda, aku minta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku”. Maka orang itu menjawab :“Sungguh aku dulunya buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak anda sukai. Demi Allah, saya tidak akan mempersulit anda dengan mengembalikan sesuatu yang telah anda ambil karena Allah”. Maka malaikat tadi berkata : “Peganglah harta kekayaan anda, karena sesungguhnya engkau ini hanya diuji oleh Allah, Allah telah ridho kepada anda, dan murka kepada kedua teman anda” (HR. Bukhori dan Muslim).
4.      Tholabul ilmi
Para ulama terbiasa mengadakan rihlah untuk menemui ulama lainnya di tempat yang jauh demi mendapatkan ilmu. Seorang Jabir bin Abdulloh berkelana selama satu bulann untuk mendapat satu hadits dari Abdulloh bin Unais.
5.      Mencaci maki tuan rumah
Inilah yang dilakukan oleh Uyainah bin Mihshon. Melihat keponakannya (Alhur bin Qois) memiliki kedudukan dekat amirul mu’minin Umar bin Khothob, maka ia meminta diusahakan agar bisa bertemu dengannya. Ketika pertemuan itu benar-benar terwujud, tiba-tiba Alhur bin Qois memaki-maki Umar dengan berkata :
  فواللَّه ما تعطينا الجزل، ولا تحكم فينا بالعدل
Demi Alloh ! Engkau tidak memberi kepada kami dengan pemberian yang banyak dan tidak bisa memimpin dengan keadilan. Hampir saja Umar memukulnya hingga Alhur bin Qois menasehati amirul mu’minin
يا أمير المؤمنين إن اللَّه تعالى قال لنبيه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم  الأعراف 198  خذ العفو، وأمر بالعرف، وأعرض عَنْ الجاهلين  وإن هذا مِنْ الجاهلين
Wahai Amirulmu’minin, sesungguhnya Alloh berfirman kepada nabi shollallohu alaihi wasallam dalam surat al a’rof : Berikan maaf, perintahkan yang ma’ruf dan berpalinglah dari orang bodoh. Sesungguhnya pamanku ini termasuk orang bodoh.
Demi mendengar nasehat ini, Umarpun bisa meredam amarahnya.