(Fiqih Ragu 15)
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ
مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ
اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا
إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ كَذَلِكَ
نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)
berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : Hai anakku Sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu
!ia menjawab : Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
103. tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
104. dan Kami panggillah dia : Hai Ibrahim,
105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu
Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik.
106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar
108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di
kalangan orang-orang yang datang Kemudian,
109. (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.
110. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik.
111. Sesungguhnya ia Termasuk hamba-hamba Kami yang
beriman [ash shofat : 102- 111]
Firman Alloh di atas menunjukkan kekompakan bapak dan anak
untuk mentaati perintah Alloh tanpa menggunakan logika. Ini menunjukkan
kwalitas keimanan keduanya. Perintah tersebut bila ditimbang dengan analisa
akal maka akan mengatakan :
·
Ismail adalah anak yang ditunggu kelahirannya dalam
rentang puluhan tahun. Ketika Ibrohim sudah berusia senja, baru Alloh
anugerahkan keturunan.
·
Ismail adalah anak tunggal. Bila penyembelihan terjadi
maka Ibrohim tidak akan punya generasi yang melanjutkan kenabiannya.
·
Komentar miring dari manusia pasti akan bermunculan.
Bagaimana mungkin bapak menyembelih anak kandungnya sendiri.
·
Perasaan hati Ibrohim saat akan menyembelih puteranya
dan kondisi hati sang anak menjelang penyembelihan, tidak bisa dibayangkan bila
menggunakan logika manusia semata yang serba lemah.
Semua pertimbangan di atas sama sekali tidak terlintas pada
Ibrohim dan Ismail. Yang diingat oleh keduanya adalah bahwa ini adalah perintah
Alloh. Tidak mungkin kehendak Alloh membuat madlorot bagi hambaNya. Ini
menunjukkan tingkat husnudz dzon yang tinggi dari si penyembelih dan anak yang
akan disembelih.