Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam Pernah Ragu Untuk Menikahi Zainab


(Fiqih Ragu 16)


وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِي أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللَّهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَاهُ فَلَمَّا قَضَى زَيْدٌ مِنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا لِكَيْ لَا يَكُونَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِي أَزْوَاجِ أَدْعِيَائِهِمْ إِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًا وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا   
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya : Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah, sedang kamu Menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi  [al ahzab : 37]

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam sangat menyayangi anak angkatnya, Zaid bin Haritsah. Di antara bukti kasih sayang beliau adalah menikahkannya dengan Zainab binti Jahsyi, wanita cantik lagi berkedudukan.

Rupanya tidak ada rasa bahagia di hati Zaid ketika bersanding dengan Zainab. Perceraian tidak bisa dihindari. Alloh Yang Maha Mengetahui, memerintahkan beliau untuk menikahi zainab. Pada ayat disebut beliau dalam keadaan takhsyannas (takut kepada manusia).

Ibnu A’syur menyebut takutnya beliau bila ada yang berkomentar bahwa Muhammad menikahi mantan menantunya. Padahal Zaid bukanlah anak kandung. Justru dengan menikahi Zainab akan diketahui oleh manusia bahwa anak angkat tidak bisa disamakan dengan anak kandung.
Beratnya nabi shollallohu alaihi wasallam untuk melaksanakan perintah Alloh (berupa menikahi Zainab) hingga Alhasan Albasri berkata :

ما أنزل الله عز وجل على النبي صلى الله عليه وسلم آية أشد منها  ولو كان كاتماً شيئاً من الوحي لكتمها  
Tidak ada ayat yang Alloh Azza Wajalla turunkan lebih berat dari pada ayat itu (al ahzab : 37) hingga seandainya diperbolehkan bagi beliau untuk menyembunyikan sedikit dari wahyu, tentu akan beliau sembunyikan ayat itu.

Maroji’ :      
Tafsir Ibnu asyur (maktabah syamilah) hal 423
Tafsir Samarkandi (maktabah syamilah) hal 423