(Fiqih Ragu 13)
Kaum terdahulu sering meminta kepada nabinya agar Alloh
memperlihatkan tanda-tanda kekuasaanNya. Apa yang terjadi sesudah itu ? Meski
mu’jizat telah mereka lihat dengan mata kepala, tidak membuat mereka beriman. Salah
satunya adalah apa yang dilakukan bani isroil kepada nabi Musa.
Mereka minta agar ditunjukkan siapa pembunuh laki-laki di
antara mereka. Musa meminta mereka menyediakan seekor sapi. Setelah proses
panjang, akhirnya binatang itupun didapatkan. Setelah disembelih dan dilepas
kulitnya selanjutnya dipukul pada tubuh si mayit yang membuatnya hidup sehingga
bisa mengungkap siapa pembunuh dirinya. Setelah itu ia kembali lagi kepada
kematian. Ketika benar-benar dikabulkan keinginan mereka, yang terjadi adalah
bertambah kekufuran sebagaimana Alloh firmankan :
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ
ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ
لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ
فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu,
bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang
mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah
lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur
jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa
yang kamu kerjakan [albaqoroh : 74]
Demikian juga dengan kaum nabi Sholih yang meminta
ditunjukkan mu’jizat. Alloh kabulkan permintaan mereka berupa onta. Tapi sikap
mereka sungguh keterlaluan. Onta itupun mereka bunuh. Kelakukuan mereka
difirmankan Alloh :
وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالْآَيَاتِ إِلَّا أَنْ كَذَّبَ بِهَا
الْأَوَّلُونَ وَآَتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا
نُرْسِلُ بِالْآَيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk
mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan kami), melainkan karena
tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. dan telah Kami
berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat,
tetapi mereka Menganiaya unta betina itu. dan Kami tidak memberi tanda-tanda
itu melainkan untuk menakuti [al isro’ : 59]
itu menunjukkan betapa semua bukti kekuasaan Alloh sudah
diperlihatkan, tidaklah membuat mereka semakin yakin melainkan bertambah
kekufuran mereka. Ini berbeda dengan nabi Ibrohim alaihissalam :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ
أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ
لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ
إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ
يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata : Wahai Robku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati. Allah
berfirman : Belum yakinkah kamu ? Ibrahim menjawab : Aku telah meyakinkannya,
akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman : (Kalau
demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah
berfirman ): Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari
bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu
dengan segera dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana [albaqoroh : 260]
Ayat di atas bertutur tentang permintaan nabi Ibrohim
alaihissalam kepada Alloh agar ditunjukkan kekuasaanNya dalam membangkitkan
kematian. Alloh bertanya “ Apakah Ibrohim belum yakin akan kekuasaan Alloh ? “
Ibrohim menegaskan bahwa dirinya berada di dalam keyakinan. Permohonan itu
hanya dimaksudkan untuk menambah keyakinannya kepada Alloh.
Para ulama sepakat bahwa apa yang dilakukan Ibrohim kepada
Alloh bukan dibangun di atas keraguan. Itu adalah sifat yang pasti dimiliki
para nabi. Oleh karena itu, penulis tafsir Almawardi berkata : Ibrohim
menginginkan keyakinannya bertambah. Alhasan, Qotadah, Said bin Jubair dan
Arrobi’ berkata : Tidak mungkin hatinya tenang dengan ilmu (bukti yang
ditampakkan Alloh) setelah Ibrohim mengalami keraguan. Karena keraguan akan
kekuasaan Alloh adalah bentuk kekufuran dan itu tidak mungkin terjadi pada diri
nabi
Maroji’ :
Tafsir Almawardi (maktabah syamilah) hal 44