(Fiqih Ragu 10)
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ
آَزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آَلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ
مُبِينٍ (74)
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ
مِنَ الْمُوقِنِينَ (75) فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ
اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ
الْآَفِلِينَ (76)
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ
لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (77)
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا
أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (78)
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا
وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (79)
74. dan
(ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah
kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat
kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."
75. dan
Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang
terdapat) di langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia Termasuk
orang yang yakin.
76.
ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata:
"Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata:
"Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
77.
kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah
Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata:
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku
Termasuk orang yang sesat."
78.
kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku,
ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata:
"Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan.
79.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan
bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk
orang-orang yang mempersekutukan tuhan [al an’am : 74-79]
Ayat-ayat
di atas adalah dialog tauhid antara Ibrohim dengan bapak dan kaumnya. Ia
tunjukkan kelemahan-kelemahan kesyirikan yang mereka perbuat. Kenapa bintang,
bulan dan matahari yang dijadikan tamtsil oleh Ibrohim ? Penulis tafsir Fathul
Qodir menerangkan bahwa selain menyembah patung, mereka juga sembah ketiganya.
Ketiga
benda itu memiliki banyak kelemahan. Bintang yang sinarnya membuat langit
indah, seiring dengan datangnya siang, akan redup dan hilang. Ternyata sinar
bulan lebih menerangi bumi. Ketika waktu siang tiba, hilanglah kehebatan bulan.
Ia dikalahkan oleh sinar matahari. Ternyata cahaya yang berasal dari matahari
yang hebat harus kalah oleh datangnya malam hari.
Demikianlah,
menyembah makhluq yang memiliki kekurangan adalah kebatilan yang besar.
Maroji’
:
Tafsir
Fathul Qodir (maktabah syamilah) hal 137