(Fiqih Ragu 5)
Alloh Ta’ala berfirman :
قُلْ فَأْتُوا بِكِتَابٍ مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ هُوَ أَهْدَى مِنْهُمَا أَتَّبِعْهُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah : Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah
yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al
Quran) niscaya aku mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar [alqoshosh : 49]
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ
وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآَنِ لَا يَأْتُونَ
بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Katakanlah : Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul
untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat
yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain [al isro’ : 88]
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ
فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ
مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Bahkan mereka mengatakan : Muhammad telah membuat-buat Al
Quran itu, Katakanlah : (Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat
yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar [hud : 13]
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ
فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Atau (patutkah) mereka mengatakan Muhammad membuat-buatnya.
Katakanlah : (Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah
surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk
membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar [yunus : 38]
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي
رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ
وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا
فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ
لِلْكَافِرِينَ
23. dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran
yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.
24. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu
tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan
bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir [albaqoroh : 23-24]
Secara garis besar, ayat-ayat di atas berisi tiga bentuk
tantangan Alloh kepada orang yang masih meragukan kebenaran alquran : Alloh
mengajak mereka untuk membikin satu kitab yang setara tebal dan kwalitasnya
dengan alquran. Bila tidak mampu, maka Alloh menurunkan beban mereka dengan
menyuruh mereka membikin satu kitab sebanyak sepuluh surat. Bila ini juga tidak
berhasil mereka lakukan maka Alloh hanya memberi beban satu surat saja yang
mereka karang untuk menyaingi keagungan alquran.
Pada ayat-ayat tersebut, Alloh memastikan mereka tidak
mungkin melakukannya bahkan memberi ancaman berupa neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu.
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menyebut bahwa ayat-ayat di
atas disebut dengan ayat tahaddi (ayat tantangan) yaitu melemahkan makhluq
untuk bisa membuat yang semisal dengan alquran. Beliau juga berkata :
وكيف يقدر المخلوق من
تراب، أن يكون كلامه ككلام رب الأرباب؟ أم كيف يقدر الناقص الفقير من كل الوجوه،
أن يأتي بكلام ككلام الكامل، الذي له الكمال المطلق، والغنى الواسع من كل الوجوه؟
هذا ليس في الإمكان، ولا في قدرة الإنسان، وكل من له أدنى ذوق ومعرفة بأنواع الكلام، إذا وزن هذا القرآن العظيم بغيره من
كلام البلغاء، ظهر له الفرق العظيم.
Bagaimana mungkin makhluq yang diciptakan dari tanah,
perkataannya setara dengan firman Robbul arbab (Pencipta seluruh makhluq). Atau
bagaimana mungkin makhluq yang serba memiliki kekurangan dan kefakiran dapat
menyaingi Firman Alloh Yang Maha Sempurna yang memiliki serba kesempurnaan yang
mutlak dan kekayaan yang luas. Itu tidak mungkin terjadi dan tidak pula
kekuatan manusia melakukannya. Siapa yang memiliki serendah-rendahnya rasa dan
pengetahuan tentang macam-macam ungkapan lalu ia menimbang alquran yang agung
ini dengan perkataan para ahli balaghoh tentu akan tahu perbedaan mencolok
antara keduanya.
Maroji’ :
Tafsir Taisir Kalim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir
Assa’di (maktabah syamilah) hal 4