Fiqih Yatim (8)
Nasehat ini ditujukan kepada para pengelola harta anak yatim.
Kebun si yatim yang subur tidak boleh ditukar dengan kebun kita yang gersang.
Rumah si yatim yang berada di pinggir jalan sehingga bernilai strategis dan
berharga mahal, jangan diganti dengan rumah kita yang berada jauh dari jalan
raya. Sawah si yatim yang dekat dengan sumber mata air jangan diincar lalu kita
ambil alih dan kita berikan sawah kita yang jauh dari sumber mata air itu.
Untuk itu Alloh berfirman :
وَآَتُوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ
وَلَا تَتَبَدَّلُوا الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ
إِلَى أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا
Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig)
harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu
Makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan
memakan) itu, adalah dosa yang besar [annisa’ : 2]
Ayat ini turun berkenaan dengan lelaki dari suku Ghothofan
yang memegang harta anak yatim yang merupakan keponakannya. Ketika si yatim
meminta hartanya, sang paman menolaknya sehingga si yatim mengadukannya di
hadapan nabi shollallohu alaihi wasallam lalu turunlah ayat di atas.
Maroji’ :
Addar Mantsur (maktabah syamilah) hal 77