Dasar ke dua puluh




                                                   Kaedah Ahlussunnah Waljamaah 

الإِيْمَانُ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ مِنَ الله تعالى وَذَالِكَ بِالإِيْمَانِ بِأَنَّ الله تعَالى عَلِمَ مَايَكُوْنُ قَبْلَ أنْ يَكُوْنَ وَكَتَبَ ذَالِكَ فِى اللَّوْحِ الْمَحْفُوْظِ وَأَنَّ مَاشَاءَ الله كَانَ وَمَالَمْ يَشَاءْ لمْ يَكُنْ فَلاَ يَكُوْنُ إِلاَّ مَا يَشَاءُ وَأنَّهُ عَلىَ كُلِّ شَيْىءٍ قَدِيْرٌ فَهُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَفَعَّالٌ لِمَا يُرِيْدُ
beriman kepada taqdir baik dan buruk berasal dari Alloh dengan mengimani bahwa Alloh ta’ala mengetahui segala sesuatu yang belum terjadi, Alloh telah menulisnya di lauhul mahfudz dan bahwasanya apa yang Alloh kehendaki pasti terjadi, apa yang tidak Alloh kehendaki tidak akan terjadi, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu Dia Yang menciptakan segala sesuatu Dia bisa berbuat sesuai yang Dia kehendaki

Penjelasan  :

قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Jibril berkata : Beritahukan aku tentang Iman. Lalu beliau bersabda : Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk [HR Muslim]

Tingkatan beriman kepada taqdir :

1. Al ilmu

    Yaitu Alloh mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta
 هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. [al hasyr : 22]

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)  [al an’am : 59]

2. Al kitabah

    Yaitu Alloh telah mencatat taqdir makhluqnya di lauhul mahfudz
 مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. [al hadiid : 22]

أوَّلُ مَاخَلَقَ الله الْقَلَمُ ثُمَّ قَاَل لَهُ اكْتُبْ قَالَ وَمَا أكْتُبُ ؟ قال : فَكَتَبَ مَا يَكُوْنُ وَمَا هُوَ كَائِنٌ إلَى أنْ تَقُوْمَ السَّاعَةُ
Makhluq yang pertama kali diciptakan Alloh adalah Alqolam kemudian ia berkata kepadanya : tulislah ! alqolam berkata apa yang harus aku tulis ? maka iapun menulis apa yang ada dan apa yang akan terjadi sampai hari kiamat  [HR Ahmad]

مَامِنْكُمْ مِنْ أحَدٍ إلاّوَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النّارِ أوْ مِنَ الْجَنَّةِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ ألاَ نَتّكِلُ يَارَسُوْلَ الله قال لاَ اعْمَلُوْا فَكُلّ مُيَسَّرٌ  رواه مسلم
Tidak seorangpun di antara kalian melainkan sudah ditulis Alloh duduknya di neraka atau aljannah.Maka berkatalah seorang sahabat “ mengapa kita tidak bergantung pada taqdir ? beliau menjawab : tidak ! beramallah kalian karena masing-masing  telah dimudahkan [HR Muslim]

1.      Masyi’ah

Yaitu Alloh Maha berkehendak,apa yang dikehendakiNya pasti terjadi dan yang tidak dikehendakiNya pasti tidak terjadi.
  وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. [at takwir:29]

2.      Al kholq

 Yaitu Alloh yang menciptakan segala sesuatu
  وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu   [ash shofat:96]

إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ
Sesungguhnya Robmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki  [hud : 107]

Diriwayatkan bahwa Ubadah Ibnu Shomit Radhiallahu’anhu berkata kepada anaknya : Hai anakku, sungguh kamu tidak akan bisa merasakan lezatnya iman sebelum kamu meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan menimpa dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakdirkan tidak menimpa dirimu pasti tidak akan menimpamu, aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
إن أول ما خلق الله القلم, فقال له : اكتب، فقال : رب وماذا أكتب ؟ قال : اكتب مقادير كل شيء  حتى تقوم الساعة
Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Allah adalah pena, kemudian Allah berfirman kepadanya : tulislah, maka pena itu menjawab : Ya Alloh, apa yang mesti aku tulis ?, Allah berfirman : Tulislah ketentuan segala sesuatu sampai datang hari kiamat.
Hai anakku, aku juga telah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
من مات على غير هذا فليس مني
Barang siapa yang meninggal dunia tidak dalam keyakinan seperti ini, maka ia tidak tergolong ummatku.
Diriwayatkan oleh Ibnu Wahb bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
فمن لم يؤمن بالقدر خيره وشره أحرقه الله بالنار
Maka barangsiapa yang tidak beriman kepada qadar (ketentuan Allah) baik dan buruknya, maka Allah pasti akan membakarnya dengan api neraka.
Diriwayatkan dalam Musnad dan Sunan, dari Ibnu Dailami ia berkata : Aku datang kepada Ubay bin Kaab, kemudian aku katakan kepadanya : Ada sesuatu keraguan dalam hatiku tentang masalah qadar, maka ceritakanlah kepadaku tentang suatu hadits, dengan harapan semoga Allah Subhanahu wata’ala menghilangkan keraguan itu dari hatiku, maka ia berkata :
لو أنفقت مثل جبل أحد ذهبا ما قبله الله منك حتى تؤمن بالقدر وتعلم أن ما أصابك لم يكن ليخطـئك، وما أخطأك لم يكن ليصيبك، ولو مت على غير هذا لكنت من أهل النار
Seandainya kamu menginfakkan emas sebesar gunung uhud, Allah tidak akan menerimanya darimu, sebelum kamu beriman kepada qadar, dan kamu meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan mengenai dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakdirkan tidak mengenai dirimu pasti tidak akan menimpamu, dan jika kamu mati tidak dalam keyakinan seperti ini, pasti kamu menjadi penghuni  neraka  [HR Alhakim]