(Kaedah Ahlussunnah Waljamaah)
الْعَقْلُ
الصَّرِيْحُ مُوَافِقٌ لِلنَّقْلِ الصَّحِيْحِ وَلاَ تعَارَضُ قَطْعِيًّا
بَيْنَهُمَا وَعِنْدَ تَوَهُّمِ التَّعَارُضِ يُقَدَّمُ النَّقْلُ عَلَى
العَقْلِ
Akal yang sehat pasti berkesesuaian dengan dalil yang sohih,
tidak mungkin keduanya bertentangan.maka disaat timbul keraguan adanya
perselisihan antara keduanya dalil naqli
didahulukan dari dalil aqli.
Penjelasan :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah
dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar
lagi Maha Mengetahui [alhujurot : 1]
عن إبن أبى مليكة قال : قال أبو بكر رضي الله عنه
أيُّ أرْضٍ تُقِلْنِي وَ أيُّ سَمَاءٍ تُظِلُّنِيْ إنْ قُلْتُ فِى ايَةٍ مِنْ
كِتَابِ الله بِرَأْيِيْ أوْ بِمَا لاَ أعْلَمُ
Dari Ibnu Abi
Malikah, berkata : Abu Bakar rodliyallohu anhu berkata : Di bumi mana aku
berpijak dan di langit mana aku bernaung bila aku berkata tentang satu ayat
dari kitabulloh dengan ro’yuku atau dengan ilmu yang tidak aku ketahui
عن ابْنِ شهاب قال عمر إبن الخطاب رضي الله عنه
يأيُّهَا النَّاسُ إنّ الرَّأْيَ إنَّمَا كَانَ مِنْ رسول الله صلّى الله عليه
وسلّم مُصِيْبًا إنّ الله كَانَ يُرِيْهِ وإنَّمَا هُوَ مِنَّا الظَّنُّ
وَالتَّكَلُّفُ
Dari Ibnu Syihab,
Umar ibnu Khothob rodliyallohu anhu berkata : Wahai manusia sesungguhnya ro’yu
yang berasal dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam pasti benar karena
Alloh selalu memberinya petunjuk. Bila ro’yu berasal dari kita maka itu adalah
dzon dan takalluf
قال عَلِىٌّ رضى الله عنه لَوْ كَانَ الدِّيْنُ بِالرَّأيِ لَكَانَ
أسْفَلُ الخُفِّ أوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أعْلاَهَا وَقَدْ رَأيْتُ رَسُوْلَ الله
صلى الله عليه وسلم يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ اخرجه ابوداود
Ali rodliyallohu anhu berkata : seandainya din dasarnya ro’yu
semata maka mengusap khuf bagian bawah adalah lebih utama daripada bagian atas
akan tetapi aku pernah melihat rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengusap
khufnya yang bagian atas [dikeluarkan Abu Daud]
عَنْ عُمَرَ رضي الله عنه أَنَّهُ
قَبَّلَ اَلْحَجَرَ اَلْأَسْوَدَ فَقَالَ إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا
تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه
وسلم يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
Dari
Umar bahwa ia mencium Hajar Aswad dan berkata : Sesungguhnya aku tahu bahwa
engkau hanyalah batu yang tidak membahayakan dan tidak memberi manfaat.
Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menciummu,
aku tidak akan menciummu [Muttafaq Alaihi]
Contoh kasus : Perjanjian hudaibiyyah,
perintah Alloh kepada rosululloh shollallohu alaihi untuk menikahi Zainab,
perintah sujud kepada Adam, perintah menyembelih Ismail dan lainnya.