Dasar ke enam



                                          (Kaedah Ahlussunnah Waljamaah) 

الْعَقْلُ الصَّرِيْحُ مُوَافِقٌ لِلنَّقْلِ الصَّحِيْحِ وَلاَ تعَارَضُ قَطْعِيًّا بَيْنَهُمَا وَعِنْدَ تَوَهُّمِ التَّعَارُضِ يُقَدَّمُ النَّقْلُ عَلَى العَقْلِ                          
Akal yang sehat pasti berkesesuaian dengan dalil yang sohih, tidak mungkin keduanya bertentangan.maka disaat timbul keraguan adanya perselisihan antara keduanya dalil naqli  didahulukan dari dalil aqli.

Penjelasan  :

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui [alhujurot : 1]

عن إبن أبى مليكة قال : قال أبو بكر رضي الله عنه أيُّ أرْضٍ تُقِلْنِي وَ أيُّ سَمَاءٍ تُظِلُّنِيْ إنْ قُلْتُ فِى ايَةٍ مِنْ كِتَابِ الله بِرَأْيِيْ أوْ بِمَا لاَ أعْلَمُ
Dari Ibnu Abi Malikah, berkata : Abu Bakar rodliyallohu anhu berkata : Di bumi mana aku berpijak dan di langit mana aku bernaung bila aku berkata tentang satu ayat dari kitabulloh dengan ro’yuku atau dengan ilmu yang tidak aku ketahui


عن ابْنِ شهاب قال عمر إبن الخطاب رضي الله عنه يأيُّهَا النَّاسُ إنّ الرَّأْيَ إنَّمَا كَانَ مِنْ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم مُصِيْبًا إنّ الله كَانَ يُرِيْهِ وإنَّمَا هُوَ مِنَّا الظَّنُّ وَالتَّكَلُّفُ
Dari Ibnu Syihab, Umar ibnu Khothob rodliyallohu anhu berkata : Wahai manusia sesungguhnya ro’yu yang berasal dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam pasti benar karena Alloh selalu memberinya petunjuk. Bila ro’yu berasal dari kita maka itu adalah dzon dan takalluf

قال عَلِىٌّ رضى الله عنه  لَوْ كَانَ الدِّيْنُ بِالرَّأيِ لَكَانَ أسْفَلُ الخُفِّ أوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أعْلاَهَا وَقَدْ رَأيْتُ رَسُوْلَ الله صلى الله عليه وسلم يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ اخرجه ابوداود                                               
Ali rodliyallohu anhu berkata : seandainya din dasarnya ro’yu semata maka mengusap khuf bagian bawah adalah lebih utama daripada bagian atas akan tetapi aku pernah melihat rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengusap khufnya yang bagian atas [dikeluarkan Abu Daud]

عَنْ عُمَرَ رضي الله عنه أَنَّهُ قَبَّلَ اَلْحَجَرَ  اَلْأَسْوَدَ  فَقَالَ إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
Dari Umar bahwa ia mencium Hajar Aswad dan berkata : Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau hanyalah batu yang tidak membahayakan dan tidak memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menciummu, aku tidak akan menciummu   [Muttafaq Alaihi]

Contoh kasus : Perjanjian hudaibiyyah, perintah Alloh kepada rosululloh shollallohu alaihi untuk menikahi Zainab, perintah sujud kepada Adam, perintah menyembelih Ismail dan lainnya.