(kaedah Ahlussunnah Waljamaah)
الْمَرْجَعُ عِنْدَ الْخِلاَفِ يَكُوْنُ لِلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
مَعَ الإِعْتِذارِ لِلمُخْطِئِ مِنْ مُجْتَهِدِى الأُمَّةِ وَسُؤَالِ الله لهُ
بِالْمَغْفِرَةِ
Sumber rujukan ketika berbeda pendapat adalah alqur’an
dan assunnah disertai mema’lumi akan kesalahan mujtahid dari kalangan umat ini
dan memohonkan ampunan kepada Alloh atas kesalahannya
Penjelasan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [an nisa:59]
قال النبى صلى الله عليه وسلم إذَاحكَمَ
الحْاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثمُ َّأصَابَ فَلَهُ أجْرَانِ وَإنِ اجْتَهَدَ فَأخْطَأَ
فَلَهُ أجْرٌ متفق عليه
Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda:apabila
seorang hakim berijtihad lalu benar ijtihadnya maka baginya dua pahala, akan
tetapi bila keliru maka baginya satu pahala [muttafaq alaihi]
وَإنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ
مَنْ فِى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالحِيْتاَنُ فِى جَوْفِ الماَءِ رواه أبوداود
Nabi shollallohu alaihi wasallam
bersabda:…sesungguhnya seorang alim sungguh senantiasa dimohonkan ampun
penghuni langit dan bumi hingga ikan-ikan yang ada di kedalaman laut [HR Abu Daud]
ليس من عالم ولا شريف ولا ذى فضل إلاّ
وفيه عيب ولكن من كان فضله أكثر من نقصه ذهب نقصه لفضله كما أنه من غلب عليه
نقصانه ذهب فضله لايسلم العالم من الخطأ
فمن أخطأ قليلا وأصاب كثيرا فهو عالم ومن أصاب قليلا وأخطأ كثيرا فهو جاهل
Tidaklah seorang alim, tidaklah seorang yang memiliki
kedudukan dan tidak pula yang memiliki kemuliaan kecuali ada padanya aib, akan
tetapi barangsiapa yang memiliki kebaikan lebih banyak dari kekurangannya maka
kekurangan itu dianggap tidak ada karena kemuliaannya yang banyak itu
sebagaimana siapa yang kekurangannya lebih dominan maka kemuliaannya dinilai
tidak ada. Tidak ada orang alim yang selamat dari kesalahan yang memiliki
kesalahan sedikit dan memiliki banyak kebenaran (dalam fatwanya) maka ia tetap
dinilai sebagai alim. Adapun siapa yang memiliki kebenaran sedikit sedangkan
kesalahannya banyak maka ia dinilai sebagai jahil
وكثير من مجتهدى السلف والخلف قد قالوا
وفعلوا ما هو بدعة ولم يعلموا أنه بدعة إما لأحاديث ضعيفة ظنهوها صحيحة وإما لايات
فهموا منها مالم يرد منها وإما لرأي رأوه وفى المسألة نصوص لم تبلغهم وإذا اتقى
الرجل ربه ما استطاع دخل فى قوله رَبَّنَا
لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
Banyak dari kalangan mujtahid salaf dan kholaf telah
mengucapkan dan melakukan perbuatan bid’ah, akan tetapi dirinya tidak tahu
bahwa itu adalah bid’ah. Boleh jadi itu disebabkan oleh hadits dloif yang
dikira sebagai hadits shohih, atau beberapa ayat yang dipahami tidak sesuai
dengan maksud ayat dan mungkin juga dikarenakan pendapat yang dilontarkan dalam
sebuah masalah yang belum sampai padanya nash (dalil). Bila sesorang bertaqwa
lepada Alloh sesuai dengan kemampuannya maka ia dimasukkan ke dalam firman
Alloh Wahai Rob Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami
tersalah
ولو أن كل من أخطأ فى اجتهاده مع صحة
إيمانه وتوخيه لاتباع الحق أهدرناه وبدعناه لقلّ من يسلم من الأئمة معنا رحم الله
الجميع بمنّه وكرمه
Sendainya setiap ulama yang salah dalam ijtihadnya,
padahal ia memiliki iman yang benar dan sikapnya yang senantiasa mengikuti
alhaq lalu kita kecam dan kita vonis mubtadi’ (ahli bid’ah) maka sungguh
amatlah sedikit ulama yang selamat. Semoga Alloh merahmati kita semua dengan
pemberian dan kemurahanNya