Dasar ke sembilan





                               (kaedah Ahlussunnah Waljamaah) 

الْمَرْجَعُ عِنْدَ الْخِلاَفِ يَكُوْنُ لِلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ مَعَ الإِعْتِذارِ لِلمُخْطِئِ مِنْ مُجْتَهِدِى الأُمَّةِ وَسُؤَالِ الله لهُ بِالْمَغْفِرَةِ                                       
Sumber rujukan ketika berbeda pendapat adalah alqur’an dan assunnah disertai mema’lumi akan kesalahan mujtahid dari kalangan umat ini dan memohonkan ampunan kepada Alloh atas kesalahannya

Penjelasan  

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [an nisa:59]

قال النبى صلى الله عليه وسلم إذَاحكَمَ الحْاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثمُ َّأصَابَ فَلَهُ أجْرَانِ وَإنِ اجْتَهَدَ فَأخْطَأَ فَلَهُ أجْرٌ متفق عليه
Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda:apabila seorang hakim berijtihad lalu benar ijtihadnya maka baginya dua pahala, akan tetapi bila keliru maka baginya satu pahala [muttafaq alaihi]

وَإنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالحِيْتاَنُ فِى جَوْفِ الماَءِ رواه أبوداود
Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda:…sesungguhnya seorang alim sungguh senantiasa dimohonkan ampun penghuni langit dan bumi hingga ikan-ikan yang ada di kedalaman laut [HR Abu Daud]

ليس من عالم ولا شريف ولا ذى فضل إلاّ وفيه عيب ولكن من كان فضله أكثر من نقصه ذهب نقصه لفضله كما أنه من غلب عليه نقصانه ذهب فضله  لايسلم العالم من الخطأ فمن أخطأ قليلا وأصاب كثيرا فهو عالم ومن أصاب قليلا وأخطأ كثيرا فهو جاهل
Tidaklah seorang alim, tidaklah seorang yang memiliki kedudukan dan tidak pula yang memiliki kemuliaan kecuali ada padanya aib, akan tetapi barangsiapa yang memiliki kebaikan lebih banyak dari kekurangannya maka kekurangan itu dianggap tidak ada karena kemuliaannya yang banyak itu sebagaimana siapa yang kekurangannya lebih dominan maka kemuliaannya dinilai tidak ada. Tidak ada orang alim yang selamat dari kesalahan yang memiliki kesalahan sedikit dan memiliki banyak kebenaran (dalam fatwanya) maka ia tetap dinilai sebagai alim. Adapun siapa yang memiliki kebenaran sedikit sedangkan kesalahannya banyak maka ia dinilai sebagai jahil
وكثير من مجتهدى السلف والخلف قد قالوا وفعلوا ما هو بدعة ولم يعلموا أنه بدعة إما لأحاديث ضعيفة ظنهوها صحيحة وإما لايات فهموا منها مالم يرد منها وإما لرأي رأوه وفى المسألة نصوص لم تبلغهم وإذا اتقى الرجل ربه ما استطاع دخل فى قوله رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
Banyak dari kalangan mujtahid salaf dan kholaf telah mengucapkan dan melakukan perbuatan bid’ah, akan tetapi dirinya tidak tahu bahwa itu adalah bid’ah. Boleh jadi itu disebabkan oleh hadits dloif yang dikira sebagai hadits shohih, atau beberapa ayat yang dipahami tidak sesuai dengan maksud ayat dan mungkin juga dikarenakan pendapat yang dilontarkan dalam sebuah masalah yang belum sampai padanya nash (dalil). Bila sesorang bertaqwa lepada Alloh sesuai dengan kemampuannya maka ia dimasukkan ke dalam firman Alloh Wahai Rob Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah
ولو أن كل من أخطأ فى اجتهاده مع صحة إيمانه وتوخيه لاتباع الحق أهدرناه وبدعناه لقلّ من يسلم من الأئمة معنا رحم الله الجميع بمنّه وكرمه
Sendainya setiap ulama yang salah dalam ijtihadnya, padahal ia memiliki iman yang benar dan sikapnya yang senantiasa mengikuti alhaq lalu kita kecam dan kita vonis mubtadi’ (ahli bid’ah) maka sungguh amatlah sedikit ulama yang selamat. Semoga Alloh merahmati kita semua dengan pemberian dan kemurahanNya