Alloh Ta’ala berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ
اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ
إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ
وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Robnya
mereka bertawakkal.
3. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menginfaqkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Robnya dan ampunan
serta rezki (nikmat) yang mulia [al anfal : 2-4]
Ayat ini memberi faedah bahwa orang yang berhak mendapat
sebutan mukmin haqqon (yang sebenarnya), bila memenuhi dua kriteria :
Menunaikan amalan bathin
Ini disebut pada ayat kedua, berupa : Hati bergetar bila
disebut nama Alloh, bertambah iman manakala ayat dibacakan di hadapannya dan
sikap tawakal. Ini semua adalah perbuatan hati.
Menunaikan amalan dzohir
Terdapat pada ayat ketiga, berupa menegakkan sholat
(menunaikan hak Alloh) dan membayar zakat (menunaikan haq sesama manusia)
Oleh karena itu, barangsiapa yang melaksanakan sholat akan
tetapi hatinya tidak khusyu atau membayar zakat tidak disertai keikhlasan tentu
ia dinilai telah beramal dzohir tanpa diiringi dengan amalan bathin. Betapa
pentingnya masalah ini maka Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata :
الذين اتصفوا بتلك
الصفات هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لأنهم جمعوا بين الإسلام والإيمان، بين الأعمال
الباطنة والأعمال الظاهرة، بين العلم والعمل، بين أداء حقوق اللّه وحقوق عباده.
وقدم تعالى أعمال القلوب، لأنها أصل لأعمال الجوارح وأفضل منها
Disebut sebagai almukminuuna haqqon dikarenakan mereka
menghimpun antara islam dan iman, amal bathin dan dzohir, ilmu dan amal,
pemenuhan haq Alloh dan hak hamba. Amalan hati disebut lebih awal dikarenakan
ia adalah dasar dari amal jawarih (anggota badan) dan ia juga merupakan amalan
yang paling afdhol
Maroji’ :
Assa’di (maktabah syamilah) hal 177