Istighfar (8)
Memohon ampun kepada Alloh di mulut tanpa diikuti oleh hati,
adalah perbuatan sia-sia. Terlebih bila setelah taubat dilakukan, ia kembali
bergumul dengan dosa. Orang seperti ini seperti yang disabdakan nabi
shollallohu alaihi wasallam :
التّائب من الذّنب ، كمن لا ذنب له ، والمستغفر من الذّنب وهو مقيمٌ عليه
كالمستهزئ بربّه
Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak
memiliki dosa. Adapun orang yang beristighfar lalu terus melakukan perbuatan
dosa bagaikan orang yang menghina Robnya
[Albaihaqi dalam syu’bul iman, sebagian ulama mendloifkan hadits di
atas]
Oleh karena itu, taubat yang ideal adalah sikap
bersungguh-sungguh untuk tidak mengulangi apa yang pernah ia perbuat
sebagaimana firman Alloh :
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا
اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ
وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau
mendzalimi dirinya, segera ingat Alloh lalu memohon ampun atas dosa mereka.
Siapa lagi yang bisa mengampuni dosa selain Alloh. Mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya sedang mereka mengetahui
[ali imron : 135]