Istighfar (45)
Ketika Abu Tholib akan meninggal dunia, maka datanglah
Rasulullah, dan pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah, dan Abu Jahal ada
disisinya, lalu Rasulullah bersabda kepadanya :
يا عم، قل لا إله إلا الله كلمة
أحاج لك بها عند الله
“Wahai pamanku, ucapkanlah “la ilaha illallah” kalimat
yang dapat aku jadikan bukti untukmu dihadapan Allah”.
Tetapi Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata
kepada Abu Tholib : “Apakah kamu membenci agama Abdul Muthollib ?”, kemudian
Rasulullah mengulangi sabdanya lagi, dan mereka berduapun mengulangi
kata-katanya pula, maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Tholib adalah :
bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Mutholib, dan dia menolak untuk
mengucapkan kalimat la ilah illallah, kemudian Rasulullah bersabda : “sungguh
akan aku mintakan ampun untukmu pada Allah, selama aku tidak dilarang”, lalu
Allah menurunkan firmanNya :
مَا
كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ
وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ
أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang
musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya
orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam [attaubah : 113]
Bagi rosululloh shollallohu alaihi wasallam, Abu Tholib
adalah ayah pengganti Abdulloh yang meninggal saat beliau dikandung. Sejak
kecil, Abu Tholib begitu menyayangi kemenakannya sebagaimana sayangnya kepada
anak kandungnya sendiri. Di saat risalah diemban, Abu Tholiblah pembela di
garda terdepan bagi dakwah rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Ketika kematian datang, rupanya Abu Tholib tidak mengikrarkan
kalimat tauhid sebagaimana yang diajak oleh nabi shollallohu alaihi wasallam.
Segala kebaikannya sirna di hadapan Alloh karena faktor ini. Kekerabatan sama
sekali tidak berguna. Kenapa bisa begitu ? Karena ujung ayat memberikan
alasannya :
مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ
أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
Sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya
orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam
Syaikh Abdulloh Abdul Muhsin Atturki menambah alasan dengan
menampilkan dua ayat dalam tafsirnya, yaitu :
إِنَّ
اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
Sesungguhnya Alloh tidak akan
mengampuni dosa syirik kepadaNya [annisa
: 48]
إِنَّهُ
مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat
syirik kepada Alloh maka sungguh Alloh mengharamkan baginya aljannah [almaidah : 72]
Maroji’ :
Almuyassar, Syaikh Abdulloh Abdul Muhsin Atturki (maktabah
syamilah) hal 205