Khutbah Iedul Fitri
إِنَّ
اَلْحَمْدَ لِلَّهِ , نَحْمَدُهُ , وَنَسْتَعِينُهُ , وَنَسْتَغْفِرُهُ ,
وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا , مَنْ يَهْدِهِ اَللَّهُ فَلَا
مُضِلَّ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Kaum muslimin walmuslimat
Dakwah tauhid telah tersebar. Masyarakat mulai peka dengan
perbuatan syirik. Sunnah rosul mulai dikenal, dicintai dan diamalkan. Bid’ah
dibenci dan disingkirkan. Wanita muslimah tidak hanya memakai jilbab, akan
tetapi mereka sudah mengenakan niqob yang membuat wajah mereka tidak terlihat.
Isbal (kain yang menutup mata kaki) sudah mulai ditinggalkan kaum lelaki.
Tentu ini adalah pemandangan yang menggembirakan. Meski
demikian, kita tidak boleh berpuas diri. Pasti ada pada diri kita celah
kekurangan, baik yang kita sadari maupun tidak disadari. Diantara celah
kekurangan yang masih perlu kita perbaiki adalah akhlaq mulia.
Kaum muslimin walmuslimat
Betapa indahnya manakala tauhid yang telah tertancap dan
sunnah yang tertanam di hati disempurnakan dengan akhlaq mulia.
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi perhatian
khusus dalam masalah ini :
عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله
عنهما ، قَالَ قَالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم إنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ
أحْسَنَكُمْ أخْلاَقاً متفقٌ عَلَيْهِ .
Dari Abdulloh Bin Amru Bin Ash rodliyallohu anuma, berkata :
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya sebaik-baik
diantara kalian adalah siapa yang paling baik akhlaqnya
[muttafaq alaih]
عن أَبي هريرة قال: قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم:
أكْمَلُ المُؤمنينَ إيمَاناً أحسَنُهُمْ خُلُقاً، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ
لِنِسَائِهِمْ رواه الترمذي
Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi
wasallam bersabda : Mukmin yang paling sempurna imannya adalah siapa yang
paling baik akhlaqnya. Sebaik-baik kalian adalah siapa yang paling baik kepada
istrinya [HR
Tirmidzi]
Ketika Rosululloh shollallohu alaihi wasallam berbicara
tentang mizan (timbangan amal), maka beliau bersabda :
عن أَبي الدرداءِ رضي الله عنه: أن
النبي صلى الله عليه وسلم ، قَالَ : مَا مِنْ شَيْءٍ أثْقَلُ في مِيزَانِ العبدِ
المُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ رواه الترمذي
Dari Abu Darda rodliyallohu anhu : Bahwa nabi shollallohu
alaihi wasallam bersabda : Tidak ada amal yang paling membuat berat timbangan
melebihi akhlaq yang baik [HR Tirmidzi]
Demikian juga saat ditanya tentang amal yang memasukkan
seseorang ke dalam aljannah, ternyata akhlaq memiliki faktor penting :
عن أَبي هريرة رضي الله عنه ، قَالَ :
سُئِلَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم عَنْ أكثرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ
الْجَنَّةَ ؟ قَالَ : تَقْوَى اللهِ وَحُسنُ الخُلُقِ رواه الترمذي
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu, berkata : Rosululloh
shollallohu alaihi wasallam ditanya tentang amal yang banyak memasukkan manusia ke dalam aljannah. Beliau bersabda :
Taqwa kepada Alloh dan akhlaq yang mulia [HR Tirmidzi]
Ketika kita berada di dalam aljannah, tentu Alloh menyediakan
rumah-rumah sebagai tempat tinggal bagi penghuninya dan itu tidak bisa
dipisahkan dari kesempurnaan akhlaq :
عن أَبي أُمَامَة الباهِليِّ رضي الله
عنه ، قَالَ : قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: أنَا زَعِيمٌ ببَيتٍ في ربَض
الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ المِرَاءَ ، وَإنْ كَانَ مُحِقّاً ، وَبِبَيْتٍ في وَسَطِ
الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الكَذِبَ ، وَإنْ كَانَ مَازِحاً ، وَبِبَيْتٍ في أعلَى
الجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ رواه أَبُو داود .
Dari Abu Umamah Albahili rodliyallohu anhu, berkata :
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Aku pastikan seseorang
mendapat rumah di tepi aljannah bagi siapa yang meninggalkan perdebatan meski
untuk mencari kebenaran, rumah yang ada di tengah aljannah bagi siapa yang
meninggalkan dusta meski dengan tujuan bercanda dan rumah yang ada di dalam
aljannah yang paling tinggi bagi siapa yang memiliki akhlaq yang mulia
[HR Abu Daud]
Kaum muslimin walmuslimat
Setelah kita mengetahui masalah ini, betapa indahnya manakala
seorang muslim saat bertemu saling melempar senyum tanpa harus diseleksi,
apakah dia berada dalam satu majlis ilmu dengan kita atau tidak.
Semakin kuat aqidah seseorang muslim dan semakin mendalam
pemahamannya terhadap sunnah maka akan semakin lebar dan tulus senyuman yang ia
berikan kepada saudaranya.
Pecinta sunnah bukanlah orang yang memberikan tatapan
permusuhan kepada orang yang pernah mengikrarkan syahadat.
Pecinta sunnah bukanlah yang mengeluarkan kalimat tajam
melebihi tajamnya pisau saat melihat kesalahan saudaranya.
Alangkah mulianya seseorang ketika melihat saudaranya yang
menyimpang dari sunnah, diam-diam ia
cari waktu mustajab kemudian bermunajat kepada Alloh, berharap kepadaNya agar
Alloh membukakan pintu hidayah baginya. Sementara pada saat yang sama, ia
berpikir dengan kalimat dan cara apa yang paling santun untuk menyampaikan kebenaran
ini kepada mereka.
Ketika melihat kekurangan dan kesalahan yang ada pada saudara
kita, kita harus tahu bahwa tidak ada yang ma’shum selain dari rosululloh shollohu
alaihi wasallam. Justru kesalahan yang ada pada saudara kita, itu bukti bahwa
dia bukanlah nabi, bukan pula rosul, akan tetapi ia adalah manusia yang tidak
mungkin terhindar dari kesalahan dan dosa.
Ketika melihat kekurangan dan kesalahan dari saudara kita,
bukankah kita dulu melakukan apa yang mereka lakukan ? Aqidah kita yang
berselimut kesyirikan, ibadah yang kita yang dibungkus dengan bid’ah, istri
kita yang masih terbuka aurot dan kain dari celana yang masih menampakkan
isbal.
Tentu saat melakukan kekeliruan, kita akan nyaman bila
mendapat teguran yang lembut dan bersahabat. Maka berikan pula kelembutan
kepada saudaranya bila pada dirinya terdapat kekhilafan. Bukankah nabi
shollallohu alaihi wasallam pernah bersabda :
عن عائشة رضي الله عنها قالت قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم إنَّ اللهَ
رفيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّه متفقٌ عَلَيْهِ .
Dari Aisyah rodliyallohu anha, berkata : Rosululloh
shollallhu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Alloh Maha Lembut, mencintai
kelembutan dalam segala hal [muttafaq alaih]
عن عائشة رضي الله عنها أنَّ
النبيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ في شَيْءٍ إِلاَّ
زَانَهُ ، وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ رواه مسلم .
Dari Aisyah rodliyallohu anha, berkata : Bahwa nabi
shollallhu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya sikap lembut tidak ada pada
sesuatu kecuali akan membuatnya indah dan tidak dicabut kelembutan pada sesuatu
kecuali akan membuatnya buruk [HR Muslim]
Kaum muslimin walmuslimat
Yang harus kita ketahui selanjutnya adalah bahwa Alloh
memberikan kita satu kaedah yang mudah dalam memilih siapa yang pantas disebut
sebagai saudara yang dengannya mereka berhak mendapat hak-hak ukhuwah. Alloh
berfirman :
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا
الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ
Bila mereka bertaubat (dari perbuatan syirik), mendirikan
sholat dan menunaikan zakat maka mereka adalah saudara kalian seagama
[attaubah : 11]
Alloh tidak berbelit-belit dan mempersulit dalam memberi
kriteria ukhuwah selain tauhid, sholat dan zakat. Dengan begitu mereka berhak
disebut ikhwan kalian dalam din ini.
Kaum muslimin walmuslimat
Sebagai penutup dari khutbah ini, marilah kita perhatikan
nasehat persaudaran dari rosul kita shollallohu alaihi wasallam :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا
وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ
عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو
الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ .
التَّقْوَى هَهُنَا وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ بِحَسَبِ امْرِئٍ
مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى
الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu
‘alaihi wa sallam bersabda : Janganlah kalian saling dengki, saling menipu,
saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual
sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah
yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia)
tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak
menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali).
Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang
muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan
kehormatannya [HR Muslim]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي
اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ
كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ
اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ
اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ
الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu,
dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang menyelesaikan
kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah
akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan
orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan
akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya
di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya
selama hambanya menolong saudaranya [HR muslim]
Inilah mau’idzoh hasanah pada hari
ini, semoga Alloh tetapkan kita sebagai hamba yang bisa menjaga hablun minalloh
dan hablun minannas, sholih secara ritual dan sholih pula secara sosial.
وصلّى الله على محمد وعلى اله وصحبه أجمعين
Masaran, 1 syawal 1438