Mengulangi wudlu sebagai tajdid




                                                              Pengulangan Ibadah (1)
 
Maknanya berwudlu kembali ketika akan menunaikan sholat padahal status wudlu sebelumnya belum batal. Misalnya seorang yang duduk membaca alquran di masjid ba’da maghrib. Ketika adzan isya berkumandang pergi ke tempat wudlu untuk berwudlu. Para ulama mnyebutnya sebagai tajdidul wudlu (memperbaharui wudlu). Ketentuan ini berdasar dua dalil di bawah ini :

عَنْ أَنَسٍ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يَتَوَضَّأُ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ
Dari Anas Bin Malik berkata : Adalah nabi shollallohu alaihi wasallam biasa berwudlu setiap akan menunaikan sholat [HR Tirmidzi]

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا  أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَتَوَضَّأُ مِنْ لُحُومِ اَلْغَنَمِ؟ قَالَ: إِنْ شِئْتَ قَالَ: أَتَوَضَّأُ مِنْ لُحُومِ اَلْإِبِلِ ؟ قَالَ: نَعَمْ  
Dari Jabir Ibnu Samurah Radliyallaahu 'anhu bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam : Apakah aku harus berwudlu setelah makan daging kambing ?  Beliau menjawab : Jika engkau mau. Orang itu bertanya lagi : Apakah aku harus berwudlu setelah memakan daging unta ? Beliau menjawab : Ya   [HR Muslim]