Sahabat Dalam Timbangan Aqidah (14)
Ibnu Taimiyyah rohimahulloh ta’ala berkata dalam
aqidah wasitiyyah :
ومن أصول أهل السّنّة والجماعة سلامة قلوبهم وألسنتهم لأصحاب رسول
الله صلى الله عليه وسلّم وطاعة النّبيّ صلى الله عليه وسلّم : لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ
أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Termasuk
bagian dari dasar aqidah ahlussunnah waljamaah adalah selamatnya hati dan lesan
mereka (umat islam) yang ditujukan kepada para sahabat rosululloh shollallohu
alaihi wasallam dan mentaati sabda nabi shollallohu alaihi wasallam : Janganlah
kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian
menginfaqkan emas sebanyak bukit uhud, tidak akan ada yang menyamai satu
timbangan (pahala) seorangpun dari mereka, juga tidak akan sampai setengahnya [HR
Bukhori Muslim]
Syaikh
Muhammad Sholih Utsaimin berkata : selamat hati bermakna bersihnya hati kita
dari permusuhan, kedengkian dan kebencian terhadap para sahabat. Sementara
selamat lisan bermakna : bersihnya lesan dari ucapan yang tidak pantas
ditujukan kepada para sahabat semisal caci maki, umpatan, laknat, vonis fasik
dan kafir yang biasa keluar dari mulut-mulut ahli bid’ah dari kalangan khowarij
(yang mengkafirkan Ali dan Muawiyah beserta siapa saja yang menjadi
pengikutnya) dan syiah (yang mengkafirkan seluruh sahabat kecuali ahlu bait dan
sedikit dari sahabat semisal Almiqdad, Salman AlFarisi dan Abu Dzar Alghifari)
Sebuah
riwayat menyebutkan bahwa ada seseorang yang berkata kepada Aisyah : Sebagian
manusia ada yang mengomentari (mengkritik) para sahabat rosululloh shollallohu
alaihi wasallam hingga kepada Abu Bakar dan Umar. Mendengar berita ini, Aisyah
berkata :
وما تعجبون من هذا ! انقطع عنهم العمل،
فأحب الله أن لا يقطع عنهم الأجر
Apakah
kalian heran dengan hal ini, kita telah terputus (tidak bisa melampaui) amal
mereka, semoga Alloh tidak memutus pahala dari mereka
Ibnu Abbas
berkata :
لا تسبوا أصحاب محمد صلى الله عليه
وسلم، فلمقام أحدهم ساعة مع النبي صلى الله عليه وسلم خير من عمل أحدكم أربعين سنة وفي رواية خير من
عبادة أحدكم عمره
Janganlah
kalian mencela para sahabat Muhammad shollallohu alaihi wasallam. Sungguh
keberadaan seorang diantara mereka bersama rosululloh shollallohu alaihi
wasallam sesaat lebih baik dari amal kalian selama empat puluh tahun. Pada
riwayat lain : Lebih baik dari ibadah seorang diantara kalian sepanjang umurnya
Alqodli
Iyadl berkata : jumhur ulama berpendapat bahwa yang bersangkutan harus di beri
hukuman ta’zir (hukuman keras yang bisa menimbulkan efek jera. Sebagian ulama
Malikiyah berpendapat bahwa hukumannya adalah hukuman mati. Syaikh Muhammad
Sholih Utsaimin menvonis kekafirannya
Ibnu
Taimiyyah berkata :
ومن طعن فى خلافة أحد من هؤلاء الأئمّة
فهو أضلّ من حمار أهله
Barangsiapa
mencela kekhilafahan salah seorang di antara mereka (khulafa urrosyidin) maka
ia lebih buruk dari keledai peliharaannya
Abdulloh bin
Mubarok menilai bahwa para pencela sahabat tidak berhak diterima periwatannya
sebagaimana yang tersebut dalam sebuah riwayat :
وقال محمد سمِعْتُ عَلِىَّ بن شَقِيْقٍ
يَقُوْلُ سَمِعْتُ عبد الله بن المبارك يَقُوْلُ عَلَى رُءُوْسِ النَّاسِ دَعُوْا
حَدِيْثَ عَمْرُو بن ثاَبِتٍ فَإنَّهُ يَسُبُّ السَّلَفَ رواه مسلم
Muhammad berkata : aku mendengar ali ibnu Syaqiq
berkata : aku mendengar Abdulloh bin Mubarok berbicara di hadapan manusia ”
tinggalkan hadits yang diriwayatkan Amru Ibnu Tsabit karena ia suka mencela
salaf “ [HR Muslim]
Maroji’ :
Syarh Aqidah
Washithiyyah, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin hal 607-608
Fathul Bari,
Ibnu Hajar Al Atsqolani 7/40