Muhajirin dan anshor




                              Sahabat Dalam Timbangan Aqidah (7) 

Kepada kaum muhajirin, Alloh berfirman :
 لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka Itulah ash shodiqun  (orang-orang yang benar) [alhasyr : 8]

Secara ringkas Syaikh Muhammad Amin Asy Syanqithi menerangkan ayat di atas dengan berkata : Ayat yang mulia ini menerangkan sifat kaum muhajirin dimana motifasi hijrah mereka adalah yabtaghuna fadl lan minalloh (mengharap karunia Alloh). Tujuannya adalah yan shuruunalloh warosulahu (membela Alloh dan rosulNya). Merekapun berhak mendapat gelar ulaaika humush shodiqun (benar keimanannya)

Kepada kaum anshor, Alloh berfirman :

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah almuflihun (orang orang yang beruntung) [alhasyr : 9]

Ayat di atas menunjukkan atas sifat menonjol kaum anshor, yaitu itsar (lebih mementingkan kaum muhajirin atas mereka sendiri). Kepada mereka, Alloh memberi gelar almuflihun (orang-orang yang beruntung)

Diantara bukti yang bisa kita ketahui akan itsar kaum anshor adalah :

عن أَبي هريرة  رضي الله عنه  قَالَ  النبي  صلى الله عليه وسلم مَنْ يُضيفُ هَذَا اللَّيْلَةَ?  فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأنْصَارِ أنَا يَا رسولَ الله ، فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى رَحْلِهِ ، فَقَالَ لامْرَأَتِهِ : أكرِمِي ضَيْفَ رسول الله صلى الله عليه وسلم.وفي روايةٍ قَالَ لامْرَأَتِهِ : هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ ؟ فقَالَتْ : لاَ ، إِلاَّ قُوتَ صِبيَانِي . قَالَ: فَعَلِّليهم بِشَيْءٍ وَإذَا أرَادُوا العَشَاءَ فَنَوِّمِيهمْ ، وَإِذَا دَخَلَ ضَيْفُنَا فَأطْفِئي السِّرَاجَ ، وَأريهِ أنَّا نَأكُلُ . فَقَعَدُوا وَأكَلَ الضَّيْفُ وَبَاتَا طَاوِيَيْنِ ، فَلَمَّا أصْبَحَ غَدَا عَلَى النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : لَقَدْ عَجبَ الله مِنْ صَنِيعِكُمَا بِضَيْفِكُمَا اللَّيْلَةَ  
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu : Rosululloh shollallohu laihi wasallam (saat ada musafir kelaparan) : Siapa yang siap menjamu tamu ini pada malam ini ?. Seorang anshor berkata : Saya wahai rosululloh. Iapun pergi bersama sang tamu ke rumahnya. Ia berkata kepada istrinya : Muliakanlah tamu rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Pada riwayat lain disebutkan : Apakah engkau memiliki sesuatu ? Istrinya menjawab : Tidak ada kecuali makanan buat anak-anakku. Ia berkata : Segera tenangkan mereka dengan sesuatu, bila mereka minta makan malam, segera mereka dibuat tidur. Bila tamu kita masuk, matikan lampu, perlihatkanlah seolah-olah kita ikut makan dengannya. Merekapun duduk bersama dimana si tamu makan sementara dua orang suami istri semalaman dalam keaadaan lapar. Keesokan harinya keduanya menghadap nabi shollallohu alaihi wasallam, beliau bersabda : Sungguh Alloh kagum terhadap apa yang kalian berdua lakukan terhadap tamu kalian tadi malam [muttafaq alaih]

عَنْ عَبْد الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ  رضى الله عنه  لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ آخَى رَسُولُ اللَّهِ  صلى الله عليه وسلم  بَيْنِى وَبَيْنَ سَعْدِ بْنِ الرَّبِيعِ فَقَالَ سَعْدُ بْنُ الرَّبِيعِ إِنِّى أَكْثَرُ الأَنْصَارِ مَالاً ، فَأَقْسِمُ لَكَ نِصْفَ مَالِى ، وَانْظُرْ أَىَّ زَوْجَتَىَّ هَوِيتَ نَزَلْتُ لَكَ عَنْهَا ، فَإِذَا حَلَّتْ تَزَوَّجْتَهَا  
Dari Abdurrohman Bin Auf rodliyallohu anhu : Ketika kami tiba di kota Madinah, rosululloh shollallohu alaihi wasallam mempersaudarakan antara diriku dengan Sa’ad Bin Robi’. Sa’ad Bin Robi’ berkata : Sesungguhnya aku adalah kaum anshor yang paling banyak hartanya, akan aku bagi dua hartaku untukmu. Selanjutnya silahkan dilihat satu diantara dua istriku yang engkau suka, aku akan menceraikannya. Bila selesai masa iddah, engkau bisa menikahinya [HR Bukhori]

Maroji’ :
Adl waul Bayan, Muhammad Amin Asy Syanqithi (maktabah syamilah) hal 546