Sahabat Dalam Timbangan Aqidah (9)
Alloh membedakan antara assabiqunal awwalun (orang yang masuk
islam sebelum fathu Mekah) dengan orang-orang yang bersyahadat sesudahnya. Hal
itu disebabkan beratnya perjuangan dan pengorbanan mereka di saat umat islam
lemah. Ketika akhirnya manusia masuk islam berbondong pada penaklukkan Mekah,
kaum muslimin mulia dan berkuasa sehingga wajar ketika Alloh membedakan antara
dua kelompok ini. Kaedah ini berdasar firman Alloh :
وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنْفِقُوا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا يَسْتَوِي
مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ
دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ
اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Dan Mengapa kamu tidak menginfaqkan (sebagian hartamu)
di jalan Allah, padahal Allahlah yang mempunyai langit dan bumi? tidak sama di
antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan
(Mekah). mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menginfaqkan
(hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing
mereka (balasan) yang lebih baik. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[alhadid :10]
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata :
الإِنفاق في المجاعات والشدائد والحرب
أفضل منه فى اليسر والعافية
Berinfaq dan berperang pada kondisi lapar dan berat
(sebagaimana yang dialami assabiqunal awwalun) lebih afdhol daripada dialami di
kondisi mudah dan afiyat (yaitu orang yang masuk islam setelah fathu Mekah)
Riwayat di bawah ini menjadi pembukti betapa
assabiqunal awwalun lebih mulia dari orang yang masuk islam setelah fathu Mekah
:
عن أَبي هُبَيرَة عائِذ بن عمرو
المزنِي وَهُوَ مِنْ أهْل بيعة الرضوان
رضي الله عنه أنَّ أبا سُفْيَانَ
أتَى عَلَى سَلْمَانَ وَصُهَيْبٍ
وَبلاَلٍ في نَفَرٍ ، فقالوا : مَا أخَذَتْ سُيُوفُ اللهِ مِنْ عَدُوِّ الله
مَأْخَذَهَا ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رضي
الله عنه أتَقُولُون هَذَا لِشَيْخِ
قُرَيْشٍ وَسَيدِهِمْ ؟ فَأتَى النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم فَأخْبَرهُ ، فَقَالَ يَا أَبَا بَكْرٍ ،
لَعلَّكَ أغْضَبتَهُمْ ؟ لَئِنْ كُنْتَ أغْضَبْتَهُمْ لَقَدْ أغْضَبتَ
رَبَّكَ فَأَتَاهُمْ فَقَالَ : يَا
إخْوَتَاهُ ، أغْضَبْتُكُمْ ؟ قالوا : لاَ ، يَغْفِرُ اللهُ لَكَ يَا أُخَيَّ .
رواه مسلم .
Dari Abu Hubairoh Aidz Bin Amru Bin Muzanni : Bahwa
Abu Sufyan (yang baru saja masuk islam) mendatangi Salman, Shuhaib dan Bilal
yang sedang berkumpul dengan manusia lainnya. Mereka berkata : Pedang-pedang
Alloh belum membinasakan musuh Alloh (Abu Sufyan belum berjihad karena
statusnya sebagai muallaf). Abu Bakar berkata : Apakah kalian berkata seperti
itu kepada penghulu dan pembesar Quraisy ? Abu Bakarpun mendatangi dan
melaporkan hal itu kepada nabi shollallohu alaihi wasallam. Beliau bersabda :
Boleh jadi perkataanmu wahai Abu Bakar telah membuat mereka marah ? Kalau yang
engkau perbuat telah membuat mereka marah, itu berarti engkau telah membuat
Alloh marah kepadamu. Abu Bakar segera menemui mereka seraya berkata : Wahai
saudara-saudarku, apakah yang aku ucapkan kepada kalian tadi telah membuat
kalian marah ? Mereka menjawab : Tidak, Alloh telah mengampuni dosamu wahai
saudaraku [HR Muslim]
Selain faktor keislaman yang menjadi sebab
bertingkatnya kedudukan para sahabat, termasuk jihad yang dilakukan. Alloh
membedakan antara mujahid yang terjun di medan badar dengan yang ikut serta di
jihad-jihad berikutnya. Sebuah riwayat menyebutkan :
عن رفاعة بن رافع الزُّرَقِيِّ رضي الله عنه
قال : جاء جبريل إلى النبيّ صلى
الله عليه وسلم قال : مَا تَعُدُّونَ
أهْلَ بَدْرٍ فِيكُمْ ؟ قال مِنْ أفْضَلِ المُسْلِمِينَ قال : وَكَذلِكَ مَنْ شَهِدَ بَدْراً مِنَ
المَلائِكَةِ
Dari Rifa’ah Bin Rofi’ Azzuroqiy rodliyallohu anhu
berkata : Jibril datang menemui nabi shollallohu alaihi wasallam serya bertanya
: Bagaimana menurut kalian tentang kedudukan orang yang terlibat dalam perang
badar ? Beliau menjawab : Mereka adalah umat islam yang paling mulia. Jibril
berkata : Demikian juga kedudukan malaikat yang turun pada perang badar [HR
Bukhori]
Syaikh Salim Ied Alhilali berkata :
بَيَانُ أهَمِّيَّةِ غَزْوَةِ بَدْرٍ لِمَا
كَانَ فِيْهَا مِنْ نُصْرَةِ الإسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ فِي بِدَايَةِ الدَّعْوَةِ
الإسْلاَمِيَّةِ وَكَسْرِ شَوْكَةِ الّذِيْنَ كَفَرُوْا
Hadits di atas menjelaskan tentang agungnya perang
badar karena di dalamnya terkandung pembelaan terhadap islam dan kaum muslimin
di awal dakwah islam dan penghancuran bagi kekuatan orang-orang kafir
Begitu
agungnya orang yang ikut dalam perang badar hingga Umar Bin Khothob dilarang
membunuh Hathib Bin Abi Balta-ah padahal kesalahan Hathib teramat besar. Ia
mengirim surat kepada sebagian kerabat tentang rencana rosululloh shollallohu
alaihi untuk menyerang dan menaklukkan kota Mekah. Menurut ilmu militer, ini
bagian dari pengkhianatan. Tetapi rosululloh shollallohu alaihi menyampaikan
nasehat kepada Umar :
وَمَا يُدْرِيكَ يَا عُمَرُ ؟ لَعَلَّ
اللَّهَ اطَّلَعَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ : اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ
غَفَرْتُ لَكُمْ
Tidakkah
engkau tahu wahai Umar, barangkali Alloh telah menampakkan pada ahlu badar
seraya berfirman : Berbuatlah sesuai kehendak kalian karena Aku telah
mengampuni kalian [HR Bukhori]
Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi (maktabah
syamilah) hal 538
Bahjatun Nadzirin, Syaikh Salim Ied Alhilali 3/270