Kiblat Dalam Timbangan Aqidah (10)
Dalam kondisi safar, boleh jadi kita tidak mengetahui arah
kiblat yang benar. Maka disyariatkan untuk tetap menunaikan sholat dengan
berijtihad terhadap kiblat. Bila diketahui keliru sesudah mengarjakannya, maka
sholat dinyatakan syah dan tidak perlu pengulangan :
عَنْ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ رضي الله
عنه قَالَ : كُنَّا مَعَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي لَيْلَةٍ
مَظْلَمَةٍ فَأَشْكَلَتْ عَلَيْنَا اَلْقِبْلَةُ فَصَلَّيْنَا
فَلَمَّا طَلَعَتِ اَلشَّمْسُ إِذَا نَحْنُ صَلَّيْنَا إِلَى غَيْرِ
اَلْقِبْلَةِ فَنَزَلَتْ : فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ
اَللَّهِ أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَضَعَّفَهُ
Amir Ibnu Rabi'ah
Radliyallaahu 'anhu berkata: Kami pernah bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam dalam suatu malam yang gelap maka kami kesulitan menentukan arah kiblat
lalu kami sholat. Ketika matahari terbit ternyata kami telah sholat ke arah
yang bukan kiblat maka turunlah ayat (Kemana saja kamu menghadap maka disanalah
wajah Allah). Riwayat Tirmidzi. Hadits lemah menurutnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا بَيْنَ اَلْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
قِبْلَةٌ رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَقَوَّاهُ اَلْبُخَارِيُّ
Dari Abu Hurairah
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
Ruang antara Timur dan Barat adalah Kiblat. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan
dikuatkan oleh Bukhari.