Akhlaq Muslim (16)
Saat berta’ziyah seharusnya kita menampakkan
kesedihan sebagaimana yang dirasakan keluarga mayit. Tapi ada saja yang datang
dengan bercerita dan berkelakar yang memancing orang yang hadir tertawa
terbahak-bahak. Sungguh orang seperti ini tidak memiliki perasaan. Sah-sah saja
kalau menyampaikan lelucon, akan tetapi dalam situasi duka, tentu perbuatan ini
tidak pada tempatnya.
Asyik bercerita tentang perolehan harta setiap
harinya di hadapan orang lain yang sudah lama terkena korban phk, tentu
perbuatan ini dinilai tidak memahami perasaan orang yang sedang dirundung
ujian.
Yang lebih dahsyat dari itu, adalah bergembira
dengan musibah yang menimpa kaum muslimin hanya karena mereka dinilai telah
keluar dari manhaj. Mujahid ditangkap orang kafir karena dipandang sebagai
khowarij. Musibah alam karena mereka bergelimang bid’ah dan contoh-contoh
lainnya. Dengan alasan apapun, jangan tampakkan raut bahagia sambil menyalahkan
mereka. Perbuatan ini disebut dengan syamatah.
Berdoa buat mereka, dilanjutkan dengan bantuan
agar mereka keluar dari ujian, tentu ini adalah sikap yang lebih bijak. Karena
inilah Alloh mengingatkan kita bahwa bahagia atas musibah yang menimpa mukmin
bagian dari sifat munafiq :
إِنْ تَمْسَسْكُمْ
حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا
Jika kamu ditimpa kebaikan, mereka bersedih
hati dan jika kamu ditimpa musibah mereka bergembira karenanya [ali imron :
120]
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam juga
mengingatkan kita :
عَن وَائِلَةَ بن
الأسقع رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ
لأَخِيكَ فَيَرْحَمَهُ اللهُ وَيَبْتَلِيكَ
Dari Wailah Bin Asqo rodliyallohu anhu berkata
: Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Jangan melakukan syamatah (menampakkan
kebahagiaan pada saudaramu saat tertimpa musibah) karena bisa saja Alloh akan
merahmatinya dan menimpakan bencana terhadapmu [HR Tirmidzi]