Akhlaq Muslim (4)
Miqdad menuturkan :
عن المِقْدَادِ رضي
الله عنه قَالَ : كُنَّا نَرْفَعُ للنَّبيِّ
صلى الله عليه وسلم نَصِيبَهُ مِنَ
اللَّبَنِ ، فَيَجِيءُ مِنَ اللَّيْلِ ، فَيُسَلِّمُ تَسْلِيماً لاَ يُوقِظُ
نَائِماً ، وَيُسْمِعُ اليَقْظَانَ ،
Dari Miqdad rodliyllohu anhu berkata : Kami membawakan
bagi nabi shollallohu alaihi wasallam susu yang merupakan haknya. Beliau datang
di malam hari lalu mengucapkan salam yang tidak membuat orang tidur terbangun
dan suara beliau didengar oleh orang yang masih terjaga [HR Muslim]
Inilah akhlaq nabi shollallohu alaihi
wasallam. Mengucapkan salam saat menemui orang adalah masyru’ akan tetapi di
sisi lain tidak mengusik kenyaman orang yang tengah beristirahat. Oleh karena
itu Imam Nawawi berkata :
هَذَا فِيهِ آدَاب
السَّلَام عَلَى الْأَيْقَاظ فِي مَوْضِع فِيهِ نِيَام ، أَوْ مَنْ فِي
مَعْنَاهُمْ ، وَأَنَّهُ يَكُون سَلَامًا مُتَوَسِّطًا بَيْن الرَّفْع
وَالْمُخَافَتَة ، بِحَيْثُ يُسْمِع الْأَيْقَاظ ، وَلَا يُهَوِّش عَلَى غَيْرهمْ
Ini adalah adab mengucapkan salam kepada orang
yang terjaga di tempat dimana ada banyak orang yang sedang tidur atau yang
semisalnya. Salam yang diucapkan haruslah pertengahan antara keras dan pelan
dimana didengar oleh orang yang terjaga dan tidak mengganggu selain mereka.
Maroji’ :
Syarh Shohih Muslim 7/122