Bayi (6)
Ketika Isa lahir, datanglah kaum yahudi. Dengan nada
melecehkan, mereka berkata kepada Maryam :
يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ
شَيْئًا فَرِيًّا يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا
كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah
melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu
sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang
pezina
Mendengar provokasi ini, sepatah katapun Maryam tidak
memberikan jawaban selain bahasa isyarat lewat tangannya, agar mereka
menanyakannya langsung kepada bayi yang baru lahir. Hal itu membuat mereka
marah dan berkata :
كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي
الْمَهْدِ صَبِيًّا
Bagaimana kami akan berbicara dengan
anak kecil yang masih dalam ayunan?
Tiba-tiba dalam kondisi itu, Isa yang baru lahir berkata
kepada mereka sebagai pembelaan bagi ibunya :
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آَتَانِيَ الْكِتَابَ
وَجَعَلَنِي نَبِيًّا وَجَعَلَنِي
مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ
حَيًّا وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ
يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ
حَيًّا
Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab
(Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan)
shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan
Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali [maryam : 27-33]
Demikianlah kemampuan Isa bicara saat bayinya