Keutamaan Orang Faqir (1)
Ketika Ja’far Bin Abdul Muthollib dan rombongan sahabat tiba di
negeri Habasyah dalam perjalanan hijrahnya, raja Najasyi memberi perlindungan.
Mereka bisa hidup nyaman di negeri itu. Mendengar kondisi ini, kaum kafir
quraisy tidak rela. Merekapun mengirim Abu Sufyan untuk menghadap sang raja
agar mencabut suaka yang telah diterima kaum muslimin.
Ketika sampai di istana, raja najasyi memberi beberapa pertanyaan
kepada Abu Sufyan tentang profil nabi yang didustakan dan dimusuhi kaum
quraisy. Raja Najasyi berkata :
فَأَشْرَافُ
النَّاسِ يَتَّبِعُونَهُ أَمْ ضُعَفَاؤُهُمْ
Apakah manusia terpandang ataukah kaum lemah yang mengikuti nabi
itu ?
Abu Sufyan menjawab :
بَلْ
ضُعَفَاؤُهُمْ
Justru kaum lemah yang menjadi pengikutnya
Raja Najasyi berkata :
وَهُمْ
أَتْبَاعُ الرُّسُلِ
Begitulah pengikut para rosul yang sesungguhnya [HR Bukhori]
Saad Bin Abi Waqosh mengisahkan ketika ia sedang bersama nabi
shollallohu alaihi wasallam dan lima orang lainnya yang kesemuanya kaum dluafa
(Ibnu Mas’ud, Bilal, seorang dari Hudzail dan lainnya), tiba-tiba kaum
musyrikin datang dan berkata :
اطْرُدْ هؤلاء
لا يَجْتَرِئُونَ عَلَيْنَا
Usir mereka, tidak pantas bagi kami untuk berkumpul bersama kami
[HR Muslim]
Hampir saja rosululloh shollallohu alaihi wasallam meminta para
sahabat untuk sementara pergi dengan harapan kaum quraisy mau menyimak apa yang
beliau dakwahkan. Tidak lama setelah itu, Alloh menurunkan ayat :
وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ
رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ
حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ
فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Robnya di
pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridaan-Nya. Kamu
tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka
pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang
menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang
yang dzalim [al an’am : 52]
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa kaum musyrikin meminta kepada
rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk diberi kesempatan bermajlis dengan
beliau tanpa dihadiri oleh kaum dluafa yang saat itu beliau sedang bersama
Bilal Bin Robah, Amar Bin Yasir, Shuhaib, Abdulloh Bin Mas’ud dan Khobab. Saat
itu pula, Alloh menurunkan ayat :
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ
يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ
عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ
أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Robnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan
dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan
dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas [alkahfi : 28]