Menjadi Sarana Bersyukur Kepada Alloh


                                                             Keutamaan Orang Faqir (2)

Boleh jadi ada yang berkecil hati bila dirinya faqir atau minder melihat teman-temannya lebih maju dalam urusan harta dan kekayaan. Kepada mereka, nabi shollallohu alaihi wasallam memberi taujih :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  قَالَ : قَالَ رسول الله  صلى الله عليه وسلم انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ ؛ فَهُوَ أجْدَرُ أنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عَلَيْكُمْ  متفقٌ عَلَيْهِ ، وهذا لفظ مسلم .

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Lihatlah kepada orang yang ada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang ada di atas kalian. Itu lebih membuat kalian tidak mengecilkan nikmat Alloh yang ada pada kalian [muttafaq alaih]

Alhakim meriwayatkan riwayat marfu dari Abdulloh Bin Syikhir :

أَقِلُّوا الدُّخُولَ عَلَى الْأَغْنِيَاءِ فَإِنَّهُ أَحْرَى أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّه

Jarangkanlah masuk kepada orang-orang kaya karena itu lebih membuat kalian tidak menilai kecil nikmat Alloh

Amru Bin Syuaib meriwayatkan secara marfu’ :

خَصْلَتَانِ مَنْ كَانَتَا فِيهِ كَتَبَهُ اللَّهُ شَاكِرًا صَابِرًا : مَنْ نَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ فَحَمِدَ اللَّهَ عَلَى مَا فَضَّلَهُ بِهِ عَلَيْهِ ، وَمَنْ نَظَرَ فِي دِينه إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَاقْتَدَى بِهِ  وَأَمَّا مَنْ نَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَأَسِفَ عَلَى مَا فَاتَهُ فَإِنَّهُ لَا يُكْتَبُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا  

Ada dua perkara, barangsiapa yang ada pada dirinya maka Alloh tetapkan sebagai hamba yang bersyukur dan bersabar : Siapa yang melihat dunianya kepada orang yang ada di bawahnya lalu memuji Alloh atas karunia yang diberikan kepadanya dan melihat agama kepada orang yang ada di atasnya lalu berusaha mengikutinya. Adapun orang yang melihat dunianya kepada orang yang ada di atasnya lalu merasa sedih dengan apa yang tidak ada padanya maka ia tidak akan ditetapkan sebagai hamba yang bersyukur dan bersabar

Ibnu Bathol berkata :

هَذَا الْحَدِيثُ جَامِعٌ لِمَعَانِي الْخَيْرِ لِأَنَّ الْمَرْءَ لَا يَكُون بِحَالٍ تَتَعَلَّق بِالدِّينِ مِنْ عِبَادَةِ رَبِّهِ مُجْتَهِدًا فِيهَا إِلَّا وَجَدَ مَنْ هُوَ فَوْقَهُ ، فَمَتَى طَلَبَتْ نَفْسُهُ اللَّحَاقَ بِهِ اِسْتَقْصَرَ حَالَهُ فَيَكُون أَبَدًا فِي زِيَادَةٍ تُقَرِّبُهُ مِنْ رَبّه ، وَلَا يَكُون عَلَى حَال خَسِيسَةٍ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا وَجَدَ مِنْ أَهْلِهَا مَنْ هُوَ أَخَسُّ حَالًا مِنْهُ . فَإِذَا تَفَكَّرَ فِي ذَلِكَ عَلِمَ أَنَّ نِعْمَةَ اللَّهِ وَصَلَتْ إِلَيْهِ   

Hadits ini mencakup banyak ajaran kebaikan karena seorang tidak akan terikat dengan agamanya saat beribadah kepada Robnya dengan penuh semangat kecuali kalau dia mendapati ada orang yang berada di atasnya. Ketika hatinya merasa kecil, ia berusaha untuk menggapainya maka ia akan senantiasa berusaha untuk menambah kedekatannya kepada Robnya. Dia juga tidak akan merasa hina secara duniawi kecuali mendapati orang yang lebih rendah kondisinya darinya. Bila ia berpikir demikian, ia akan tahu bahwa nikmat Alloh telah sampai kepada dirinya

Ibnu Hajar Al Atsqolani juga menampilkan perkataan sebagian ulama :

فِي هَذَا الْحَدِيث دَوَاءُ الدَّاءِ لِأَنَّ الشَّخْص إِذَا نَظَرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ لَمْ يَأْمَنْ أَنْ يُؤَثِّرَ ذَلِكَ فِيهِ حَسَدًا ، وَدَوَاؤُهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنْهُ لِيَكُونَ ذَلِكَ دَاعِيًا إِلَى الشُّكْر

Hadits ini adalah obat bagi penyakit, karena seorang yang melihat ke atas tidak akan aman dari sifat hasad. Obatnya adalah melihat kepada orang yang ada di bawahnya agar membuat dirinya bersyukur

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 18/322