Telanjang Di Hadapan Orang


Menjaga Wibawa (1)

Ini adalah perbuatan tidak pantas dilakukan oleh seorang mukmin. Oleh karena itu, Musa tidak mau mandi bersama kaumnya yang terbiasa mandi berjamaah. Mereka telanjang hingga satu sama lain bisa melihat aurot temannya.

Mukmin itu terhormat. Oleh karena itu tidak selayaknya memperlihatkan aurot kita di hadapan orang lain. Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ  لاَ يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ وَلاَ الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ وَلاَ يُفْضِى الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِى ثَوْبٍ وَاحِدٍ وَلاَ تُفْضِى الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةِ فِى الثَّوْبِ الْوَاحِدِ  

Dari Abu Said Al-Khudri dari bapaknya bahwasanya Rasulullah shollallohu alaihi wasallam bersabda : Janganlah pria melihat aurat pria yang lain dan janganlah seorang wanita melihat aurat wanita yang lain, dan janganlah pria berkumpul dengan pria lain dalam satu selimut, dan janganlah wanita berkumpul dengan wanita lain dalam satu selimut [Muslim dan at-Tirmidzi]

عَنِ الْمِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ قَالَ أَقْبَلْتُ بِحَجَرٍ أَحْمِلُهُ ثَقِيلٍ وَعَلَىَّ إِزَارٌ خَفِيفٌ فَانْحَلَّ إِزَارِى وَمَعِىَ الْحَجَرُ لَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ أَضَعَهُ حَتَّى بَلَغْتُ بِهِ إِلَى مَوْضِعِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ارْجِعْ إِلَى ثَوْبِكَ فَخُذْهُ وَلاَ تَمْشُوا عُرَاةً  

Dari Miswar Bin Makhromah berkata : Aku mendatangi batu berat yang aku memikulnya sementara kain sarungku pendek. Tiba-tiba kain sarungku terlepas. Aku tidak mampu untuk meletakkannya hingga sampai di tempat batu dikumpulkan. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : kembalilah menuju kain sarungmu yang terlepas, lalu ambillah dan jangan berjalan dalam keadaan telanjang [HR Muslim]

Sebelum diutus sebagai rosul, nabi shollallohu alaihi wasallam pernah sekali tersingkap aurotnya saat beliau ikut andil merenofasi ka’bah. Saat itu beliau berusia 15 tahun sebagaimana yang disebut oleh Ibnu Bathol :

عَنِ جَابِر بْن عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ لَمَّا بُنِيَتِ الْكَعْبَةُ ذَهَبَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم وَعَبَّاسٌ يَنْقُلاَنِ حِجَارَةً فَقَالَ الْعَبَّاسُ لِلنَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم اجْعَلْ إِزَارَكَ عَلَى عَاتِقِكَ مِنَ الْحِجَارَةِ. فَفَعَلَ فَخَرَّ إِلَى الأَرْضِ وَطَمَحَتْ عَيْنَاهُ إِلَى السَّمَاءِ ثُمَّ قَامَ فَقَالَ  إِزَارِى إِزَارِى  فَشَدَّ عَلَيْهِ إِزَارَهُ

Dari Jabir Bin Abdulloh berkata : Ketika ka’bah dibangun, nabi shollallohu alaihi wasallam pergi bersama Abbas untuk ikut serta mengangkat batu. Abbas berkata kepada nabi shollallohu alaihi wasallam : Ikat kain sarungmu pada pundakmu untuk memikul batu. Beliau segera melakukannya. Tiba-tiba beliau terjatuh ke tanah. Kedua mata beliau memandang ke langit lalu bersabda : Kain sarungku ! Kain Sarungku ! Beliau segera mengikat kembali kain sarungnya [HR Muslim]

عَنِ جَابِر بْن عَبْدِ اللَّهِ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَنْقُلُ مَعَهُمُ الْحِجَارَةَ لِلْكَعْبَةِ وَعَلَيْهِ إِزَارُهُ فَقَالَ لَهُ الْعَبَّاسُ عَمُّهُ يَا ابْنَ أَخِى لَوْ حَلَلْتَ إِزَارَكَ فَجَعَلْتَهُ عَلَى مَنْكِبِكَ دُونَ الْحِجَارَةِ فَحَلَّهُ فَجَعَلَهُ عَلَى مَنْكِبِهِ فَسَقَطَ مَغْشِيًّا عَلَيْهِ فَمَا رُؤِىَ بَعْدَ ذَلِكَ الْيَوْمِ عُرْيَانًا.

Dari Jabir Bin Abdulloh, bahwa rosululloh shollallohu alaihi wasallam ikut mengangkat batu untuk pembangunan ka’bah, sementara beliau mengenakan sarung. Abbas, paman beliau berkata kepadanya : Wahai kemenakanku, seandainya engkau lepas dulu kain sarungmu lalu engkau ikat di pundakmu untuk menahan batu. Beliaupun segera meleaskannya untuk mengikatnya di pundaknya. Tiba-tiba beliau jatuh yang membuatnya pingsan. Setelah hari itu tidak pernah lagi beliau terlihat telanjang (tersingkap aurotnya) [HR Muslim]

Kejadian ini hanya terjadi sekali seumur hidup beliau. Ini menunjukkan penjagaan Alloh terhadap kemuliaan pribadi rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Imam Nawawi berkata :

وَفِي هَذَا الْحَدِيث بَيَان بَعْض مَا أَكْرَم اللَّه سُبْحَانه وَتَعَالَى بِهِ رَسُوله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَّهُ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ مَصُونًا مَحْمِيًّا فِي صِغَره عَنْ الْقَبَائِح وَأَخْلَاق الْجَاهِلِيَّة

Hadits ini merupakan penjelasan sebagian pemuliaan Alloh Subhanahu Wata’ala kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Beliau dalam keadaan terjaga saat masih kecil dari sifat-sifat buruk dan akhlaq jahiliyyah

Maroji’ :

Syarh Ibnu Bathol 3/25